NEW YORK— Duta Besar Korea Utara (Korut) untuk PBB, Ja Song Nam, menyebut latihan angkatan laut Amerika Serikat (AS) di dekat Semenanjung Korea baru-baru ini sebagai persiapan perang nuklir dan serangan pre-emptive melawan Pyongyang.
Dia meminta DK PBB rapat untuk mendiskusikan masalah ini.
Permintaan diplomat Pyongyang itu disampaikan melalui surat yang salinannya dikirim kepada The Associated Press.
Menurut Ja Song Nam, latihan angkatan laut AS baru-baru ini adalah yang terbesar. “Yang dilancarkan dengan memobilisasi aset strategis nuklir,” tulis Ja.
lanjut dia, latihandigelar setelah Presiden AS Donald Trump bulan lalu membuat pernyataan paling ganas, yakni ingin menghancurkan DPRK (Korut) secara total.
Ja mengatakan, latihan angkatan laut Washington yang dimulai pada 16 Oktober dan melibatkan kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan, tiga kapal selam nuklir, kapal perusak Aegis dan lebih dari 40 kapal perang serta sejumlah jet tempur dari segala jenis, telah meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
Latihan lima hari dengan angkatan laut Korea Selatan tersebut digelar menjelang kunjungan resmi Trump ke Asia bulan depan. Washington dan Seoul secara teratur melakukan latihan militer gabungan yang dikecam Pyongyang sebagai latihan invasi.
”Apa yang tidak bisa diabaikan,” kata Ja. ”Adalah fakta bahwa AS, yang tidak merasa puas dengan latihan militer gabungan di semenanjung Korea, menendang tekanan militer terhadap DPRK dalam skala dunia dan menjadi lebih tak tergoyahkan dalam upayanya mengenalkan NATO dan angkatan bersenjata pengikutnya yang lain datang ke semenanjung Korea jika terjadi keadaan darurat,” papar Ja.
Dalam surat yang ditujukan kepada Duta Besar Prancis Francois Delattre—Presiden Dewan Keamanan PBB saat ini—dia meminta dewan tersebut untuk memulai mendiskusikan latihan militer gabungan AS dengan menyatakannya sebagai ancaman jelas terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
”Tidak ada negara lain di dunia ini daripada DPRK yang pernah mengalami ancaman nuklir ekstrem dan langsung dari AS untuk waktu yang lama dan menyaksikan di pintu gerbangnya bahwa latihan perang nuklir yang paling kejam dan ganas dalam skala gaya, tujuan dan esensi mereka,” pungkasnya demikian seperti dikutip Bloomberg.[]