TEHRAN—Pemerintah Iran, Rabu (13/06/2018) waktu setempat, dilaporkan telah menahan Nasrin Sotoudeh, seorang pengacara terkemuka di negara tersebut yang baru-baru ini membela perempuan yang memprotes tentang kewajiban berjilbab.
Menurut Reza Khandan, istrinya ditangkap di rumah, namun Nasrin masih sempat menghubunginya setelah dia ditahan. Reza mengatakan bahwa istri akan menjalani hukuman lima tahun penjara di Teheran setelah dinyatakan bersalah secara in absentia. “Saya tidak tahu apa kaitannya dengan kalimat itu,” katanya.
BACA JUGA: Ini Sikap Iran terhadap Ultimatum AS
Tidak ada komentar langsung dari pihak berwenang Iran.
Reza mengatakan anak perempuan mereka yang berusia 18 tahun berada di rumah pada saat penangkapan.
“Putri saya sedang mempersiapkan ujian masuk universitas yang akan diadakan dalam dua minggu mendatang,” katanya. “Saya tidak tahu bagaimana dia akan mengatasinya dalam kondisi seperti itu.”
Amnesty International mengutuk penahanan tersebut, menyebutnya sebagai serangan memalukan terhadap seorang pembela hak asasi manusia yang berani dan produktif. Kelompok tersebut mengatakan Nasrin harus dibebaskan segera dan tanpa syarat.
Nasrin dikenal sebagai seorang pengkritik yang vokal dalam urusan peradilan Iran, yang didominasi oleh garis keras. Dia baru-baru ini keberatan dengan keputusannya untuk membatasi jumlah pengacara yang diizinkan untuk membela klien dalam kasus-kasus yang berhubungan dengan keamanan.
Pengadilan Iran sendiri telah mengeluarkan daftar hanya 20 saja dari 60.000 saja yang berlisensi, dan diizinkan untuk membela kasus-kasus seperti itu.
Ibu dua anak ini juga bekerja sebagai pengacara bagi wanita yang ditahan karena menolak untuk menutupi rambut mereka di depan umum.
BACA JUGA: Media-Media Iran Tuding Pangeran bin Salman telah Meninggal Dunia
Sotoudeh, yang juga mewakili aktivis oposisi terkemuka, sebelumnya telah menjalani hukuman tiga tahun penjara dari 2010 hingga 2013 setelah dinyatakan bersalah atas tuduhan terkait keamanan.
Dia dianugerahi Hadiah Sakharov bergengsi untuk Kebebasan Berpikir oleh Uni Eropa pada tahun 2012. []
SUMBER: GULF NEWS