Oleh: Rezkytama Putra
PERNAHKAH berpikir tentang hidup ini? Akan jadi apa aku 10 tahun lagi. Apa aku masih tetap sehat seperti sekarang? Aku ingin kelak punya rumah besar dan kaya raya. Kalian pasti pernah bertanya-tanya tentang hidup ini. Sering kali dunia ini menjadi acuan bagi apapun yang kita lakukan. Tak heran memang. Kita hiduup di dunia yang menuntut kita akan segala hal yang harus kita penuhi.
Sering kali kita mendapat masalah yang berlimpah ruah yang menghendaki kita untuk sedikit mengenyampingkan urusan kita dengan Tuhan yang Maha Esa. Sakit lah, Utang lah. Cinta lah. Semua hal itu menjadikan kita kadang lalai dan lupa akan siapa pencipta kita.
Bagi-Nya segala hal itu mudah. Jika ia berkehendak agar gunung terangkat, tentunya bukanlah suatu hal yang mustahil. Jika dalam beberapa saat lagi Dia berkehendak menurunkan sebuah rahmat, bukanlah hal yang mustahil jika saat itu pula hujan uang terjadi.
Namun, itukah yang sebenarnya kita inginkan? Kadang kita lupa kalau hidup ini hanya sebentar. Bagaikan seorang yang menunggu bus, cepat atau lambat ia akan pergi meninggalkan halte tersebut. Baik karena dijemput oleh bus tersebut, ataupun pergi karena terlalu lama menunggu.
Tak jarang kita sering salah jalur. Kita belokkan kemudi hidup kita ke arah dunia. Akhirat kita tinggalkan dipersimpangan kehidupan. Pernahkah anda dengar, ketika kita mengincar dunia, maka Dia akan memberikannya pada kita. Jika akhirat lah tujuan kita, Dia akan memberikannya pula pada kita. Kalau keduanya? Menurutmu Dia tak mampu memberikannya? 🙂
Sekarang, yang harus kita lakukan ialah membuktikannya. Apakah kita pantas menerima apa yang kita angan-angankan. Kita bisa saja menginginkan keduanya, tapi apakah kita mampu membuktikannya?
Hasan Al-Bashri ialah figur orang yang mengincar akhirat. Beliau yakin bahwa kehidupannya di dunia sudah dijamin oleh Allah, selama tujuan hidupnya ialah Allah. Beliau mengatakan beberapa kalimat yang orang awam bisa sebut sebagai Kunci Zuhud.
“Aku tahu , rizkiku tak mungkin diambil orang lain
Karenanya, hatiku tenang
Aku tahu,amal-amalku tak mungkin dilakukan orang lain
Maka aku sibukkan diriku untuk beramal
Aku tahu, Allah selalu melihatku
Karenanya, aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat
Aku tahu, kematian menantiku
Maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabbku.”
Sebuah rangkaian kalimat indah yang telah membuka hati jutaan umat akan kehidupan di dunia. Keyakinan yang kuat, menjadikannya sorang yang taat dalam beragama. Rahmt-Nya beliau jadikan sebagai tujuan hidupnya. Bukankah itu hakikat seorang yang menganut sebuah agama.
Menjadikan Tuhannya prioritas nomor satu, sehingga dunia hanyalah hiburan kecil baginya. Mereka tahu akan adanya sebuah kehidupan kekal kelak. Sebuah Mahligai yang tak acap kali tercium oleh panca indra bagi mereka yang mencari ridho-Nya, serta bara yang tiada terkira panasnya bagi mereka yang terbuai oleh nikmatnya maksiat.
Sempat terlintas dibenak kita, bagaimana mereka bisa bahagia dengan kehidupan yang seperti itu. Pernahkah mereka merasakan piala dunia? bergembira ria di taman hiburan. Atau sekedar singgah di sebuah restoran bersama kekasih tercinta. Apakah bahagia hidup hanya berlingkup doa dan ibadah? Hanya mereka yang tahu. Namun, ada satu hal yang kita yakini. Bahwa saat itulah mereka merasa dekat dengan Tuhan. Dan apa yang tidak bisa mereka lakukan selagi Tuhan berda disamping mereka.
Sekarang kita balik pertanyaannya. Apakah hidup dalam gemerlap lampu ibukota, makan malah dengan kekasih tercinta, menonton piala dunia dalam sebuah layar kaca, serta bermain seharian di taman ria membuat Anda bahagia? Bahagia secara lahir maupun batin? Hanya Anda pula yang tahu.
Kita memilih jalan hidup kita masing-masing. Dan kita bahagia dengan cara hidup tersebut. Orang lain tak pantas protes dengan jalan yang kita ambil selama itu benar. Namun, ingat, selalu ada Tuhan yang Maha Berkuasa di dekat kita.
Sekarang, Anda punya kesempatan dan selalu punya kesempatan. Jalan mana yang akan Anda tempuh? []