KITA tahu bahwa dunia hanya sementara, akhirat selama-lamanya. Namun apa yang kita sering lakukan saat ini justru terlihat seolah-olah akan hidup abadi di dunia. Kita rela mencurahkan segala daya hanya untuk menggapai dunia, dan melupakan urusan akhirat. Naudzubillah.
Sebagian besar manusia menginginkan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini. Kebahagiaan menjadi hal yang sangat berharga dan didamba-dambakan oleh setiap orang. Seorang pelajar memilih belajar dengan tekun karena ia ingin mendapatkan nilai yang baik dan ketika mendapatkan nilai yang baik tentunya pelajar tersebut akan berbahagia.
Begitu pun dengan para pekerja. Mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan penghasilan yang memuaskan. Karena mereka berpikir dengan mendapatkan penghasilan yang memuaskan akan membuatnya bahagia.
Dikutip dari buku Man Shabara Zhafira karya Ahmad Rifa’i Ri’fan, memang demikianlah dunia tercipta. Dunia hanya sementara karena dicipta dengan sifat fana. Segala yang ada di dalamnya juga fana. Kehidupan, kesedihan, kebahagiaan, semuanya fana.
BACA JUGA: Penentu Kebahagiaan adalah Pikiran, Benarkah?
Dunia hanya Sementara
Yang hidup tak selamanya hidup, karena Izrail senantiasa bersiap mengambil roh kita satu persatu. Yang sedih tak selamanya sedih. Cahaya kebahagiaan kadang kala hadir menyusul. Yang bahagia tak selamanya bahagia, terpaan angin duka pasti segera muncul.
Dunia hanya sementara, karena bukan di sini letak bahagia. Allah sudah mempersiapkan letak bahagia. Allah sudah mempersiapkan tempat yang tepat bagi segala macam keabadaian. Tempat yang tidak akan kita jumpai lagi tragedi kematian.
Tempat yang tak akan kita jumpai lagi pergiliran suka dan duka, tangis dan tawa, bahagia dan sengsara. Tempat di mana semua yang menangis, selamanya akan menangis. Yang bahagia, selamanya akan tetap bahagia. Ya, akhirat. Tempat singgah yang sengaja diabadikan oleh Allah sebagai balasan atas segala tindak-tanduk manusia selama hidup di dunia.
Dunia diibaratkan lautan, semakin kita meminum airnya, maka akan semakin haus lah tenggorokan. Begitulah, ketika dunia yang dikejar, kita tak akan pernah puas untuk terus memburunya.
Meskipun dunia hanya sementara, namun kenikmatan dan keindahan yang ditawarkannya, terasa amat menyenangkan jiwa kita. Sehingga, kita lupa dan lalai akan kewajiban kepada Sang Khalik. Tak sedikit dari kita yang lebih memilih terus melakukan pekerjaan dikala adzan sudah berkumandang.
Tak jarang, kita menunda shalat karena lelah yang menjadi alasan. Ya, kita merasa lelah saat dihadapkan dengan kewajiban beribadah kepada-Nya. Namun, kita jarang sekali merasa lelah, ketika kita sedang asik “berlari” mengejar dunia.
Dunia hanya Sementara
Dunia hanya sementara. Namun begitu mempesona, menyihir mata, telinga, bahkan hati dan jiwa. Godaan harta, jabatan, juga rasa cinta, dapat menjatuhkan kita ke dalam jurang kebinasaan. Banyak yang mengejar harta, sampai lupa kepada Sang Pencipta.
Tak sedikit yang mengejar jabatan, akhirnya masuk dalam perangkap setan. Dan, sudah tak terhitung, berapa jumlahnya orang yang binasa lantaran cinta yang berlebih terhadap manusia.
Pahamilah, dunia hanya sementara. Kita tidak akan selamanya berada di sini. Kita hanya diberikan waktu yang sebentar hidup di dunia ini. Dunia yang kita tempati ini, layaknya tempat bercocok tanam.
Kelak, kita sendiri yang akan memanen hasilnya di akhirat. Maka, perbaiki dan perbanyaklah amal kebajikkan. Semoga, kelak di hari akhir, kita termasuk orang yang beruntung.
Dunia hanya sementara, manfaatkanlah keberadaan kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai menyesal nantinya. Jangan sampai, gara-gara mengejar dunia, kita justru dijauhi oleh-Nya.
Dunia hanya sementara. Karena dunia hanyalah jembatan, yang kelak mengantarkan kita pada tempat tinggal yang sebenarnya.
Dunia hanya Sementara
BACA JUGA: Pintu Kebahagiaan yang Abadi
Sadarilah, kemewahan, kejayaan, dan hal lain yang kita agungkan selama hidup di dunia, kelak tak akan memberikan manfaat di hari pembalasan. Bisa jadi, itu semua justru aka memberatkan amal keburukan kita. Naudzubillah.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An’aam ayat 32).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah mengatakan, bahwa dunia itu laksana surga bagi orang kafir, dan penjara bagi orang mukmin (HR Muslim). Kenapa? Karena di dunia itu dipenuhi aturan-aturan yang sama sekali tak boleh diterjang. Ada halal-haram, ada perintah-larangan, ada ini dan itu.
Seringkali untuk menjalankan suatu perintah, kita harus meninggalkan beberapa perkara yang nampak indah dan di saat tertentu harus menelan rasa pahit. Seluruh perintah ini hanya akan dilaksanakn oleh orang-orang mukmin karena meraka bersabar dan yakin bahwa kehidupan sebenarnya yang terdapat berbagai kenikmatan hanya akan ada di akhirat kelak. []