BERUNTUNGLAH–keberuntungan yang tak akan ada kerugian lagi setelahnya– orang yang menggunakan waktunya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah ta’ala, dan merugi besarlah orang yang menghabiskan waktunya dalam kubangan kemaksiatan. Inilah makna surah al-‘Ashr yang bisa saya pahami.
Keberuntungan yang tiada henti, tentulah merupakan harapan dan keinginan semua orang. Bayangkan jika di pagi hari saat Anda bangun tidur, Anda dapat hadiah dari seseorang, barang yang sebelumnya sangat Anda harap-harapkan. Siangnya, Anda ditraktir oleh teman, makan siang di restoran mahal yang menyajikan banyak makanan yang sesuai dengan selera Anda. Sorenya Anda kembali dapat hadiah dari seseorang, sebuah mobil yang Anda idam-idamkan. Malamnya, ada teman yang menghubungi Anda, mengajak Anda dan keluarga besar Anda umrah bersamanya, gratis. Dan, besoknya serta hari-hari setelahnya, Anda terus mendapatkan berbagai dan beragam kejutan yang membahagiakan, tanpa henti. Adakah kenikmatan hidup yang melebihi hal tersebut?
BACA JUGA: 14 Kriteria Ulama Akhirat
Sebaliknya, kesengsaraan yang terus-menerus tentu ingin dihindari oleh setiap orang. Tak ada orang yang ingin dirinya dihinakan, fisiknya disiksa terus-menerus, dan ia tak punya kesempatan untuk membela diri. Coba tanyakan ke siapapun yang pernah masuk penjara, dan diperlakukan tak manusiawi, bersediakah mereka mengulangi pengalaman yang tak mengenakkan tersebut? Jawabannya tentu tidak bersedia. Lalu, bagaimana jika Anda diancam untuk masuk ke dalam penjara besar, yang isinya hanya siksaan, tak ada kenikmatan di dalamnya, tak ada kesempatan untuk melarikan diri dari penjara tersebut, dan yang paling mengerikan, Anda akan mengalaminya dalam jangka waktu yang sangat lama? Bersediakah Anda masuk ke dalam penjara besar tersebut?
Keberuntungan yang tiada henti dan kebalikannya, kesengsaraan yang terus-menerus, memang tak akan kita temui di dunia yang fana ini. Namun, salah satunya benar-benar akan kita temui, di kehidupan pasca dunia. Pasca dunia, pilihan kita hanya dua, keberuntungan dan kebahagiaan yang tiada henti, atau kesengsaraan dan penderitaan yang terus-menerus. Tinggal kita mau pilih yang mana.
Normalnya, tak ada satupun yang akan memilih kesengsaraan dan penderitaan, semua tentu ingin mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sayangnya, ternyata tak banyak yang bisa bersabar untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut. Mereka lebih memilih kenikmatan semu, yang sebenarnya akan menjerumuskan mereka dalam kesengsaraan abadi, dibanding bersabar sebentar, sakit dan pedih hati sebentar, namun setelahnya mereka akan beruntung dan bahagia selamanya.
BACA JUGA: Apakah Surga Nabi Adam Dahulu Sama dengan Surga di Akhirat Kelak?
Ya, neraka, tempat siksaan abadi, ternyata berhiaskan jutaan kenikmatan semu yang melenakan manusia. Sedangkan surga, tempat paling indah dan paling membahagiakan, dihiasi oleh kesulitan hidup dan cibiran manusia, yang seandainya setiap orang bisa sabar sementara waktu menerima hal tersebut, tentu ia akan meraih surga.
Jalan ke surga sudah sangat jelas. Al-‘Ashr dengan 3 ayat pendeknya telah menunjukkannya kepada kita. Kita cukup beriman, beramal shalih, taat pada Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, Allah akan memberikan surga kepada kita. Dan jika kita melakukan sebaliknya, neraka tempat kembali kita. Begitu simpel. Namun ternyata tak banyak manusia yang sanggup menahan diri dari godaan dunia. Dunia, yang fana, serba terbatas, dan menipu, ternyata lebih dipilih oleh kebanyakan kita, dibanding akhirat, kehidupan sebenarnya nan abadi. Na’udzubillahi min dzaalik. []
Web: abufurqon.net
Facebook: Muhammad Abduh Negara