DUSTA termasuk kesalahan besar dalam Islam, melakukan dusta merupakan perbuatan yang haram dan terlarang.
Bahkan dapat menjauhkan sipelakunya dari keimanan, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalimi rahimahullah membawakan riwayat Al-Baihaqi, dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau berkata “Dusta akan menjauhkan keimanan.” (Fathul Bari X/508).
Dusta termasuk kesalahan besar karena orang-orang yang berbuat dusta termasuk prilaku munafik dan prilaku yang dibenci oleh Allah dan Rasul.
Barang siapa yang terbiasa dengannya, dia dicatat disisi Allah sebagai “Kadzdzab” (orang yang banyak berbohong) dan dusta juga menjerumuskannya ke dalam keburukan. Berbeda dengan orang senantiasa jujur, maka kejujurannya akan menunjukan ke jalan-jalan kebaikan, dan dia dicatat disisi Allah sebagai “Shiddiq” (orang yang jujur).
BACA JUGA: Menjadi Pendusta Tanpa Disadari
Rasulullah menyebutkan dosa berdusta mengiringi dosa syirik dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk dosa-dosa besar yang paling besar.
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah bersabda, “Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?”
Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian para Sahabat mengatakan, “Tentu wahai Rasulullah.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.”
Sebelumnya Beliau bersandar, lalu Beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! dan perkataan palsu (perkataan dusta)”, Beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya Beliau berhenti”. (HR. Al-Bukhâri, no. 2654, 5976, dan Muslim, no. 143/87).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dam perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka.
“Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”. Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga.
Sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Shiddiq”.” (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071).
BACA JUGA: Bagian Otak Manusia Pembuat Dusta
Dalam Alquran banyak disebutkan dalil yang berbicara tentang keutamaan kejujuran. Orang yang jujur dijamin oleh Allah akan berdampingan dengan orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh di surga.
Bahkan Rasulullah pernah menyebut dalam hadisnya bahwa orang-orang yang jujur akan dijaminkan sebuah rumah di pertengahan surga. Maka, jika kita tidak memiliki alasan mendesak, sepatutnya kita harus menghindari sifat berbohong.
Kejujuran melahirkan keberkahan dan kebaiakan pada pelakunya, sedangkan kebohongan menyelamatkan sementara dan menghancurkan selamanya.
Pembohong pada hakikatnya hanyalah membohongi dirinya sendiri bukan membohongi orang lain.
Al-Qur’an secara jelas mencela bagi manusia yang suka berbohong. Didalam Al-quran berbohong adalah termasuk perbuatan orang-orang tidak beriman.
Rasullullah menegaskan haramnya perbuatan dusta atau kebohongan dan menjadi salah satu sifat orang munafik “Tanda orang munafik ada tiga: berkata bohong, ingkar janji, mengkhianati amanah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah memperingati kepada umatnya akan pedihnya siksa kubur yang akan menimpa seseorang yang suka berbohong, aku melihat dalam mimpi dua orang Malaikat, keduanya berkata: “Orang yang engkau lihat mulutnya dikoyak hingga telinga, adalah seorang pembohong. Ia berbohong hingga kebohongannya tersebut dibebankan kepadanya hingga mencapai titik ufuk, maka dibuatlah ia diberi beban seperti itu hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Begitupun halnya berbohong dalam candaan atau lawakan pun tetap tidak boleh dilakukan, hal ini juga menjadi sebab tak boleh berdusta kepada orang lain saat April Mop.
BACA JUGA: Menghindari Dusta dengan Sikap Tauriyah
Maka berdusta yang tujuannya hanya ingin membuat orang lain tertawa termasuk kena ancaman ‘wail’.
Dari bhz bin Hakim, iaberkata bahwa ayahnya hakim telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no. 3315).
Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan) Boleh saja bercanda namun jangan berlebihan, sebagaimana halnya analogi masakan yang terlalu banyak dibumbui bisa menyebabkan masakan itu terlalu asin atau terlalu masam. []
Oleh : Andika Murdanto
SUMBER : INIDA.GONTOR