Oleh: Maila Afifah
maila20199@gmail.com
SETIAP individu pastilah memiliki perasaan; rasa suka, senang, bahagia, sayang, sedih, kecewa, benci dan termasuk juga rasa cinta.
Cinta merupakan rasa yang sudah menjadi naluri setiap makhluk, khususnya manusia sebagai makhluk yang memiliki peranan akal dan hati. Meskipun rasa cinta itu sulit untuk dideskripsikan, namun setiap makhluk memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikannya.
Seperti binatang yang mengekspresikan cinta dengan bahasa dan tingkah laku yang hanya mereka yang hanya dimengerti oleh sebangsa mereka sendiri. Tumbuhan yang selalu mengayunkan daunnya jika tertiup angin dan juga Manusia yang selalu memiliki cara memukau untuk mengekspresikan sebuah rasa cinta.
Cinta adalah suatu emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan dalam diri seseorang akibat faktor pembentuknya.
Sedangkan dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Kenapa demikian, karena apabila yang ditanam itu sebuah benih kebaikan maka yang akan dituai juga adalah kebaikan-kebaikan pula.
BACA JUGA: Menyoal Shalawat Al Fatih
Berbicara masalah ekspresi cinta, maka ekspresi cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Sebagai umat Islam, sudah semestinya cinta yang paling utama adalah rasa cinta hamba terhadap Allah SWT dan kekasihnya Rasulullah SAW.
Karena rasa cinta itu diciptakan oleh Allah terhadap makhluk-Nya dengan tujuan utamanya adalah untuk mencintai-Nya, dan sudah tentu diikuti dengan mencintai semua apa yang Ia ciptakan. Lantas bagaimana mengekspresikan cinta terhadap-Nya? yaitu dengan menjalankan apa yang diiperintahkan-Nya, menjauhi apa yang telah dilarang-Nya, dan juga memperbanyak Dzikir terhadap-Nya.
Menurut bahasa dzikir berasal dari kata “zakara” berarti menyebut, mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi dan nasehat. Oleh karena itu dzikir juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan (mengingat).
Dalam sebuah pepatah mengenai cinta yang mungkin sudah familiar ditelinga kita, mengatakan bahwa “apabila seseorang sedang jatuh cinta maka ia akan selalu menyebut nama seseorang yang ia cintai di manapun dan kapanpun.”
Begitu juga dengan dzikir, Karena dzikir adalah kegiatan membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian berulang-ulang kepada Allah dan merupakan ibadah lisan dan hati yang tidak mengenal batasan, waktu dan dalam kondisi apapun.
Sebagaimana firman Allah yang memiliki arti: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ Ayat 103).
Dan bagaimana agar rasa cinta Allah bertambah kepada kita sebagai hamba-Nya, yaitu dengan kita mencintai Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad adalah kekasih Allah SWT.
Dari perantara Nabi Muhammad lah masa kegelapan berubah menjadi masa yang terang benderang yaitu Islam, dari zaman kebodohan menjadi masa kegemilangan, dan juga yang telah memberi tahu ummat islam bagaimana cara mengekspresikan cinta kepada Allah SWT.
Adapun cara mengekspresikan cinta kita kepada Baginda adalah dengan banyak melantunkan shalawat. Dan jika kita melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, maka Allah pun tidak segan-segan untuk membalasnya dengan kebaikan-kebaikan.
Hal ini sejalan dengan hadis nabi : “Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula’.” (HR Ahmad).
Tegasnya, jika kita mencintai Allah dan Rasul, maka tak ada istilah bertepuk sebelah tangan, layaknya kita kepada makhluk yang berujung pengkhianatan. Karena Allah itu adalah sebaik-baik pemberi balasan.
Ketika kita mencintai Allah, maka Allah lebih akan mencintai hamba-Nya yang mencintai-Nya. Dan ketika Allah telah mencintai hamba-Nya, Allah tak segan-segan menyebutkan nama seorang hamba yang Ia cintai kepada penduduk langit (para malaikat) untuk menjaganya dan mempermudah segala urusannya.
Dan ketika kita mencintai Rasulullah, maka kelak di hari kiamat syafaat Rasulullah lah yang akan hadir menyelamatkan kita dari dashyatnya yaumul hisab. Analoginya, kita saja tidaklah mungkin rela menelantarkan orang yang kita cintai, itu kita sesama makhluk. Apalagi jika Sang Pencipta terhadap cipataan-Nya yang Ia cintai.
Tak hanya sebatas itu, dzikir dan shalawat juga bisa memberikan dampak yang baik dalam menjalani kehidupan di dunia, yaitu dengan memberikan sebuah rasa nyaman, tenang dan tentram. Hal ini karena yang diucapkan itu adalah lafadz-lafadz toyyibah (perkataan yang baik) yang akan memberikan dampak yang baik pula.
BACA JUGA: 6 Manfaat Dzikir Pagi bagi Seorang Muslim
Dan akan lebih lengkap sebuah rasa cinta itu dengan kita juga mencintai semua ciptaan Allah khususnya sesama manusia sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri.
Jadi masih enggankah kita untuk berdzikir dan bershalawat? Atau sekarang malah mau sebanyak-banyaknya untuk berdzikir dan bershalawat?
Mari menjadi pribadi yang lebih mengutamakan cinta kepada Allah dan Rasulullah diatas mencintai sesama makhluk. Dan semoga kita termasuk hamba yang dicintai Allah dan Rasulullah. []