MARAH termasuk salah satu pintu terbesar setan untuk masuk dan menggoda, dan tupu dayanya yang sangat ampuh. Sebab, setan dapat mempermainkan orang yang sedang marah sebagaimana halnya anak-anak yang mempermainkan bola. Ini terbukti dari apa yang sering kita lihat.
Abu Hamid Al-Ghazali berkata, “Ketika seseorang marah, udara kotor akan naik dari saluran-saluran darah di dalam hati menuju otaknya. la akan sampai pada saluran pemikiran (otak). Bahkan, ia akan menyebar sampai pada saluran panca indera sehingga matanya menjadi kelam dan tidak dapat melihat. Baginya, seluruh isi dunia serasa hitam pekat. Otaknya seperti gua yang didalamnya terdapat gejolak api yang berkobar. Layaknya udara hitam yang memenuhi rumah, sehingga serasa bergejolak dan semua sudutnya dipenuhi asap. Terkadang, gejolak amarah ini semakin bergolak hingga memadamkan kedamaian dan ketenangan yang dapat menghidupkan hati. Pada akhirnya, sang pengidap marah meninggal dalam keadaan marah.”
BACA JUGA: 5 Cara Jitu Meredam Amarah ala Rasulullah SAW
Pengaruh dan efek samping marah dapat dilihat pada beberapa segi yaitu:
1 Pengaruh terhadap badan
Berubahnya warna raut wajah, persendian menegang, sangat gemetaran,tingkah lakunya tak terkontrol, gerak-gerik dan bicaranya serampangan sampai-sampai sudut-sudut mulutnya mengeluarkan buih, biji matanya memerah, lubang hidungnya bergerak-gerak serta karakter alaminya berubah.
Sekiranya orang marah melihat bentuk dirinya sangat buruk saat marah. Niscaya amarahnya akan reda, karena merasa malu atas wajahnya yang jelek tatkala marah dan perubahan karakter alaminya. Sedangkan keburukan batin jauh lebih jelek daripada keburukan lahirnya. Sebab, bentuk lahir mengindikasikan kondisi batin. Hal ini adalah pengaruh marah terhadap tubuh.
Adapun pengaruh marah terhadap anggota tubuh lainnya adalah memukul, meninju, merobek-robek, membunuh dan melukai. Ketika hal itu memungkinkan dilakukan tanpa peduli apapun. Apabila orang yang dimarahi kabur, atau tidak mendapatinya karena suatu sebab sedangkan ia belum sadar, maka amarahnya akan kembali berkobar.
Dia akan merobek-robek bajunya, menampar dirinya sendiri. Terkadang, ia memukul-mukul tanah atau memukul benda-benda keras atau pula melakukan perbuatan-perbuatan yang semestinya dilakukan orang gila.
2 Pengaruh terhadap lisan
Pengaruh marah terhadap lisan adalah: Senantiasa melontarkan celaan dan kata-kata keji, sekiranya orang berakal (dalam emosi stabil-edt) mendengarnya, ia merasa malu. Pelakunya juga akan merasa malu setelah amarahnya reda. Hal ini disertai pula dengan gaya bicara yang serampangan dan kata-kata yang
tidak teratur.
3 Pengaruh terhadap hati
Adapun pengaruh marah dalam hati terhadap orang yang dimarahi adalah timbulnya sifat dengki, benci, menyembunyikan dendam kesumat, mencela dengan perkataan tak senonoh, bersedih di atas kegembiraannya, berusaha menyebarkan rahasia, menyingkap tabir dan memperolok-olok, serta berbagai sifat tercela lainnya. Setiap kali amarah padam, setan selalu mengobarkannya kembali. Seperti mengatakan, “Dia itu mengolok-olok kamu, kamu harus membalasnya dan tidak boleh tinggal diam!”
BACA JUGA: Marahnya Singa Allah kepada Musuh Allah
Atau perkataan lain yang dapat mengobarkan amarah. Oleh karena itu, seorang muslim yang berakal berkewajiban mengalahkan dominasi setan, menahan amarah dan selalu berprasangka baik terhadap saudaranya. Al-Bazzar meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pada suatu ketika,
Rasulullah SAW melewati suatu kaum yang saling bergulat. Maka beliau bertanya, “Ada apa ini?”
Mereka berkata, “Orang itu dapat mengalahkan semua orang yang menantangnya bergulat. ”
Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan kepada orang yang lebih kuat daripada
ini?” (Yaitu) seseorang yang dizalimi oleh orang lain, tetapi ia mampu menahan amarahnya hingga ia dapat mengalahkan (memadamkan) amarahnya, mengalahkan setan yang mengganggunya dan setan yang mengganggu saudaranya.”
Al-Hafizh lbnu Hajar berkata, Oleh karena itu, kekuatan yang sebenarnya adalah kekuatan menahan diri ketika marah, sehingga tidak berbicara kotor dan tidak berkata-kata keji Serta
tidak melampiaskan amarahnya. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah orang yang jago bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari)
Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan agar seseorang menahan kemurkaan
dan meninggalkan kemarahan. Dari Abud Darda ia berkata, “Seseorang pernah berkata kepada
Rasulullah SAW ‘Tunjukkanlah kepada saya sebuah perbuatan yang dapat menghantarkan saya menuju surga.’
Rasulullah bersabda, “Jangan marah, niscaya kamu akan memperoleh surga.” (HR Thabrani)
Dari Abu Hurairah ra bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah SAW “Nasihatilah saya.” Beliau bersabda, “Jangan marah!” Orang itu mengulangi lagi permintaannya, namun Rasulullah lagi-lagi bersabda, “Jangan marah!” (HR Bukhari).
Pada riwayat lain, Ahmad menambahkan orang itu berkata, “Setelah Rasulullah mengulangi pesannya agar saya jangan marah, saya menyadari bahwa amarah akan mengumpulkan semua kejahatan.”
Dari Abdullah bin Amr ia berkata, “Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah ‘Apa yang dapat menjauhkan saya dari murka Allah?’ Beliau bersabda, “Jangan marah!”
BACA JUGA: Nabi Daud Meredakan Amarah Raja
Seorang manusia normal, tidak mungkin bisa menghindarkan dirinya dari rasa marah yang telah menjadi naluri dan tabiatnya. Namun, ia harus menghindari segala sebab yang membangkitkan amarah, seperti sombong bangga diri dan lain sebagainya.
Ali bin Zaid berkata, “Ada seorang dari kalangan kaum Quraisy yang pernah berkata kasar kepada Umar bin Abdul Aziz Maka Umar berkata, ‘Apakah kamu ingin agar setan menjebak saya karena kekuasaan yang saya pegang. Pada hari ini, saya memperoleh dari kamu apa yang akan kamu peroleh dari saya di hari esok. Pergilah kamu, semoga Allah merahmatinmu’.” []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir, &Terapinya/Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Ummul Qura/2014