Oleh: Yesha Avkira Nufus
Mahasiswa STEI SEBI
yeshaavkiranufus@gmail.com
SETIAP cabang ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang akan ditela’ah atau dipelajari. Ilmu pengetahuan tidak hanya berfokus pada teori, riset, dan rekayasa perkembangan teknologi. Ilmu pengetahuan memiliki karakter dasar, prinsip dan struktur.
Semuanya itu menentukan arah dan tujuan pemanfaatan ilmu. Ilmu dipahami sebagai proses, prosedur, maupun sebagai produk atau hasil.
Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah ilmu tentang perilaku manusia, karena aktivitas ekonomi adalah aktivitas manusia, maka analisis dalam ilmu ekonomi harus mendasarkan diri pada perilaku manusia. Ilmu sosial pada umumnya percaya bahwa perilaku manusia seringkali adalah rumit, tidak sempurna, terbatas, self contradictory dan unpredictable.
Sebaliknya, ilmu ekonomi menggunakan model perilaku manusia yang disebut homo economicus (economic man), yang secara luar biasa menyederhanakan perilaku manusia sebagai individu ekonomi yang memiliki sifat-sifat berikut: Perfect self-interest, Perfect rationality, dan Perfect information.
BACA JUGA:Â Ekonomi Islam Dijelaskan dalam Al-Quran, Berikut Ayat-ayatnya
Di samping itu bahwa ilmu ekonomi menurut beberapa ahli adalah ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku manusia bagaimana melakukan tindakan pemilihan terhadap berbagai alternatif yang mungkin ada ketika dihadapkan pada masalah kelangkaan sehingga tercapai kesejahteraan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mempelajari ilmu ekonomi tidak akan lepas dari belajar ilmu perilaku.
Ekonomi Islam dibangun atas dasar aksioma atau keyakinan-keyakinan yang menjadikan dasar perilaku manusia. Aksioma-aksioma tersebut, seperti yang dikutip dari buku Ekonomi Islam Bank Indonesia, yaitu:
1) Kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat, yaitu kehidupan setelah kematian di dunia. Pemikiran akal manusia adalah terbatas, dan sumber informasi yang sempurna hanyalah Alquran dan hadis.
2) Kehidupan akhirat merupakan akhir pembalasan (pengadilan) kehidupan dunia.
Kehidupan akhirat dipercaya bukan merupakan hidup baru yang terlepas dari kehidupan di dunia melainkan kelanjutan dari hidup di dunia. Kehidupan akhirat merupakan masa pembalasan yang seadil-adilnya terhadap setiap perbuatan yang pernah dilakukan di dunia.
3) Pemikiran akal manusia adalah terbatas, dan sumber informasi yang sempurna hanyalah Alquran dan hadis.
Manusia yang berakal sehat (ulul albab), menurut Islam, adalah mereka yang mampu menggabungkan antara zikir dan pikir.
Berzikir artinya selalu mengingat petunjuk dari Allah SWT dan Rasul-Nya dalam setiap sendi kehidupan, sedangkan berpikir artinya selalu menggunakan analisis yang logis dan mendalam dalam memutuskan hal-hal yang berurusan dengan duniawi.
Urgensi Ekonomi Islam
Urgensi ilmu ekonomi Islam dapat dianalisis dari dua kriteria yang sebelumnya telah dijelaskan, yakni kriteria hadd dan fashl. Selain itu, terdapat juga perbedaan konsep rasionalitas yang terdapat dalam ilmu ekonomi konvensional.
Konsep rasionalitas tersebut merujuk pada sikap self-interest yakni sikap manusia yang hanya mengedepankan kepentingan pribadinya sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Jika sikap ini terus dilestarikan, maka akan menimbulkan konflik dengan social interest.
BACA JUGA:Â 3 Pilar Ekonomi Islam Menurut Ibnu Khaldun
Sementara itu, dalam Islamic worldview tidak hanya mementingkan eksistensi personal, tetapi juga universal atau disebut juga konsep huquq. Dengan demikian, segala keputusan dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas akan menciptakan mashlahah dan menghilangkan mafsadah.
Islam memposisikan kegiatan ekonomi sebagai salah satu aspek penting untuk mendapatkan kemuliaan atau falah, dan karenanya kegiatan ekonomi sebagaimana kegiatan yang lainnya perlu dituntun dan dikontrol. Ini agar berjalan seirama dengan ajaran Islam secara keseluruhan. Falah hanya akan dapat diperoleh jika ajaran Islam dilaksanakan secara menyeluruh atau kafah.
Implementasi Ekonomi Islam
Agama Islam memberikan tuntunan sebagaimana manusia seharusnya berinteraksi dengan Allah SWT ibadah mahdah dan bagaimana manusia melaksanakan kehidupan bermasyarakat muamalah baik dalam lingkungan keluarga, kehidupan bertetangga, bernegara, berekonomi bergaul antarbangsa dan sebagainya.
Ilmu ekonomi Islam sangat penting dan diperlukan eksistensinya karena ekonomi Islam merupakan implementasi sistem etika Islam dalam kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk pengembangan moral masyarakat.
Dalam hal ini, ekonomi Islam bukanlah sekadar memberikan justifikasi hukum terhadap fenomena ekonomi yang ada, tetapi lebih menekankan pada pentingnya spirit Islam dalam setiap aktivitas ekonomi.
Perbedaan pandangan muncul dalam mengidentifikasi spirit dasar Islam yang terkait dengan ekonomi. Spirit inilah yang kemudian menjadi dasar penurunan ilmu ekonomi.
BACA JUGA:Â Prinsip Dasar dan Pokok dalam Ekonomi Islam
Arti Penting Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki arti penting karena ekonomi Islam bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan komunitas muslim yang ada. Tetapi juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaran Islam.
Ia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Ekonomi Islam merupakan konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara kafah dalam aspek ekonomi.
Oleh karena itu, perekonomian Islam merupakan suatu tatanan perekonomian yang dibangun atas nilai-nilai ajaran Islam yang diharapkan, yang belum tentu tercermin pada perilaku masyarakat muslim yang ada pada saat ini. []