SOCIALdistancing, lockdown, apalah istilah nya itu. Guna menekan penyebaran virus covid 19, pemerintah mengimbau untuk melakukan hal itu. Saya sangat setuju. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak mana pun. Tapi dampaknya luarrrr biasa.
Baru beberapa minggu saja, semua aspek kehidupan berubah. Sekolah, pelayanan umum, pelayanan kesehatan, laju ekonomi, dan lain sebagainya. Kebijakan untuk belajar di rumah bagi anak-anak kami, membuat kami sebagai orang tua merasakan bagaimana susahnya menjadi guru di sekolah.
Menghadapi anak satu, dua biji aja repotnya minta ampun. Emosi jiwa tiap hari melanda. Apalagi guru-guru yang harus menghadapi puluhan atau bahkan ratusan siswa? Penghargaan setinggi-tingginya untuk para guru. Kami tanpamu bagaikan ambulan tanpa uwiw.
Dan untuk kebijakan bekerja di rumah, mungkin bagi sebagian orang, efeknya tidak begitu besar. Apalagi yang berpenghasilan tetap, kerja di rumah gaji jalan terus.
Lah saya?
Saya adalah seorang yang mengandalkan penghasilan dari usaha sendiri. Penghasil saya tergantung dari banyak sedikitnya cucian yang masuk. Saya yang hanya punya usaha londri kiloan di rumah, menjerittttt.
Omset yang terdampak korona sangat signifikan. Drastis gaessss. Sementara ada beberapa karyawan yang harus saya ringankan beban hidupnya.
Saya memutar otak bagaimana caranya bisa survive di tengah wabah ini.
Semua diketatkan. Pengeluaran yang tidak perlu, dipangkas. Yang biasanya langganan gofood, sekarang masak sendiri. Setiap hari. Tidak ada belanja barang yang ngga penting. Hemaaaat. Apalagi emakemak seperti saya yang hitungan matematikanya njelimet, butuh perkalian dan pembagian yang sangat hati-hati.
Ya sudahlah, saya hanya bisa mengikuti himbauan pemerintah.
Dan selebihnya berdoa, semoga korona cepat berlalu. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word