KRISIS ekonomi global saat ini memang tidak sedahsyat akhir 90-an dan pertengahan tahun 2000. Tapi sadar atau tidak, ada pergeseran nilai ekonomi yang perlu diwaspadai.
Ingat beberapa waktu lalu ada kasus aplikasi uang digital yg tidak bisa beroperasi satu atau dua hari. Sebagian penggunanya yg notabene warga perkotaan teriak, uang digital mereka tertahan, tidak bisa digunakan untuk kegiatan ekonomi mereka, perekonomian sempat lumpuh seketika.
Bayangkan jika semua metode pembayaran menjadi non tunai atau cashless. Cuma bisa melihat uang anda dalam bentuk angka diaplikasi, pindah sana sini tapi anda tidak benar-benar memilikinya. Kapanpun para pemilik system tersebut mau, uang anda bisa mereka bekukan. Anda tidak punya apa-apa.
Bagi kita yg beragama Islam, sudah dijelaskan bagaimana kondisi menjelang akhir zaman. Tidak ada teknologi, semua akan kembali seperti jaman dahulu. Jangankan uang digital, uang kertaspun tidak akan bernilai.
Ketika kondisi itu terjadi, lantas apa yang bernilai sebagai alat tukar?
Sunatullah, logam mulia seperti emas dan perak akan kembali menjadi alat pertukaran yang berharga.
Para pemimpin bangsa- bangsa sudah mulai mengusulkan penggunaan dinar dirham, kesadaran masyarakat akan fenomena ini juga sudah melahirkan gaya hidup menabung emas.
Suka atau tidak, siap atau tidak, masa itu akan datang.
Mereka menciptakan ilusi bahwa uang lebih berharga dari emas. kita berlomba mencari uang, menyimpan dalam bentuk tabungan atau deposito , tanpa disadari nilai uang itu makin lama makin menurun bahkan hilang sama sekali.
Kita dijauhkan dari fitrah kita, bahwa manusia itu menyukai emas, bukan uang. Padahal kita tahu kalau emas itu instrumen investasi yang anti inflasi, bersifat global dan punya nilai intrinsik.
So tunggu apa lagi, mari kembali kepada fitrah kita. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.
Â