EMPAT dirham menjadikan Sayidina ‘Ali bin Abi Thalib kian memesona. Empat dirham milikinya dibagi rata.
Satu dirham infaq siang hari, satu dirham infaq malam hari, satu dirham infaq terang-terangan, dan satu dirham infaq sembunyi-sembunyi. Begitu yang Ali lakukan.
Allah SWT memujinya, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS al-Baqarah: 274)
BACA JUGA: Ilmu Perang
Sayidina Ali mengajari kita akhlak yang mulia, agung dan memesona. Beramal siang atau malam, secara terang-teragan atau sembunyi-sembunyi. Semuanya boleh dilakukan dengan catatan niat Lillahita’ala.
Beramal siang atau malam, menunjukan bahwa melakukan kebaikan itu boleh, bisa, dan harus dilakukan setiap saat, setiap keadaan.
Beramal secara terang-terangan bukan bermaksud untuk ria dan sombong diri, melainkan memberi contoh, teladan kepada orang lain agar tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan yang sama, bahkan lebih.
BACA JUGA: Ketika Ali Bin Abi Thalib Bekerja pada Orang Yahudi
Beramal sembunyi-sembunyi adalah fenomena lain, yakni melatih diri agar tulus dalam berbuat, ikhlas dalam beramal. Memberi dengan niat ibadah karena Allah SWT. Tanpa pamrih, tanpa harap kembali sebagaimana syair Sm. Mochtar:
Kasih ibu,
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi,
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.
[]