SEMAKIN berat persaingan dan beban dalam hidup tak ayal membuat sejumlah orang gelap mata. Bahkan bunuh diri dianggap solusi. Padahal bunuh diri samasekali tak akan menyelesaikan masalah. Yang ada malah meninggalkan rasa malu dan hinaan bagi keluarga. Belum lagi pelaku bunuh diri harus siap-siap menghadapi siksaan Allah SWT yang pedih di akhirat kelak.
Apalagi Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa di tahun 2019, setiap 40 detik terdapat satu orang yang tewas karena bunuh diri di seluruh dunia. Bahkan WHO menegaskan dari tahun ke tahun, orang yang tewas bunuh diri telah mengakibatkan kematian lebih banyak daripada perang.
BACA JUGA: Jenazah yang Bunuh Diri Tidak Dikafani?
Banyak hal yang melatarbelakangi kenapa seseorang memilih bunuh diri, namun secara umum orang mencoba bunuh diri karena enam alasan:
1 Depresi
Depresi menjadi alasan paling umum kenapa seseorang bunuh diri. Depresi yang parah hampir selalu disertai dengan rasa penderitaan yang mendalam serta keyakinan bahwa tak ada lagi harapan untuk hidup. Bagi orang yang mengalami depresi berat, kehadiran dirinya dianggap sebagai masalah besar sehingga melemahkan pemikiran dan memuncukan ide-ide seperti, “Semua orang akan lebih baik tanpaku.”
Mereka tidak harus disalahkan karena menjadi ‘mangsa’ pikiran sesat seperti halnya pasien jantung tak harus disalahkan karena mengalami nyeri dada; itu hanyalah penyakit yang menjangkiti mereka. Seperti penyakit pada umumnya, depresi dapat disembuhkan. Caranya kita harus berusaha mengenali kehadiran keluarga, teman dekat dan orang-orang yang kita cintai.
Seringkali, orang menderita secara diam-diam lalu merencanakan bunuh diri tanpa ada yang tahu. Karena itu jangan sungkan untuk bertanya kondisi sebenarnya kepada orang yang mengalami depresi.
2 Psikotik atau halusinasi
Suara-suara batin jahat sering menyuruh seseorang untuk mengakhiri hidupnya karena alasan yang tidak dapat dipahami. Psikosis jauh lebih sulit untuk ditutupi daripada depresi, dan bisa dibilang bahkan lebih tragis. Insiden skizofrenia di seluruh dunia adalah 1 persen dan sering menyerang orang yang sehat dan bersemangat dalam kehidupannya. Meskipun skizofrenia dapat dikelola dengan obat-obatan, namun seringkali gagal disembuhkan.
Para penderita skizofrenia cenderung berbicara dengan bebas tentang suara-suara yang memerintahkan mereka untuk bunuh diri. Psikosis juga dapat diobati, dan biasanya harus dirawat agar penderita skizofrenia benar-benar bisa normal. Psikosis yang tidak diobati atau ditangani dengan buruk. biasanya menyebabkan seseorang masuk rumah sakit, lebih parah lagi bunuh diri.
3 Impulsif
Kelainan ini berkaitan erat dengan pemakaian narkoba dan alkohol. Beberapa orang menjadi impulsif untuk mengakhiri hidup akibat pengaruh narkoba atau alkohol. Setelah sadar dan tenang, orang-orang ini biasanya merasa malu malu. Penyesalannya seringkali tulus, tetapi apakah mereka akan pernah mencoba bunuh diri lagi atau tidak? Tidak dapat diprediksi.
4 Merasa tak ada seorang pun yang menolongnya di saat kesulitan
Orang-orang ini biasanya sering memilih cara ekstrem demi mendapat perhatian dari orang sekitar. Misalnya, seorang gadis yang menderita kegelisahan karena merasa kesepian atau terlibat perkelahian dahsyat dengan orang tuanya, sangat mungkin untuk menenggak racun.
BACA JUGA: Bunuh Diri dan Putus Asa, Salah Satu Larangan dalam Islam
5 Punya keinginan untuk mati
Keputusan untuk bunuh diri juga bisa dimotivasi karena mengidap penyakit berat sehingga memilih mati daripada hidup menderita. Orang-orang ini tidak depresi, psikotik, atau minta pertolongan. Mereka berpikir hanya bisa mengurangi penderitaan mereka sendiri, yang biasanya hanya bisa dilakukan dengan cara memilih untuk mati.
6 Mengalami kegagalan
Ini adalah fenomena tragis yang biasa terjadi pada kalangan muda, yang merasa gagal dalam hidupnya. Di Jepang bunuh diri lantaran mengalami kegagalan disebut harakiri. Mereka berpikir bunuh diri lebih terhormat daripada melakukan sebuah kegagalan
Bunuh diri meninggalkan luka yang amat dalam dan biasanya bertahan lama terhadap orang-orang yang ditinggalkan. []
SUMBER: PSYCHOLOGYTODAY