“HABIS pasang badan di kasur, niatnya sih mau tidur,tapi dipaksain tidur ko engga bisa ya? di saat-saat seperti itu, pikiran pasti sibuk berkelana melayang kemana-mana. Perasaan tadi mikir tugas kampus yang belum kelar, eh kok tiba-tiba jadi mikirin mantan ya? Astaghfirullahal ‘adzhiim…”
Mungkin kita pernah menagalami kejadian diatas?
Jika pernah, sekarang sudah saatnya kita mulai mengendalikan input isi kepala kita dan menjaga proses produksi otak, agar menghasilkan output yang baik dan bernilai pahala.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Fawaa’idul Fawaa’id menjelaskan, “Buah pikiran, bisikan hati, kehendak, dan cita-cita adalah hal-hal yang harus diprioritaskan untuk anda perbaiki. Sebab semua itu adalah inti dan hakikat diri anda. Inti ini adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah atau justru menjauhkan anda dari-Nya.”
Pikiran manusia layaknya mesin penggiling yang memproses segala apa yang masuk ke dalamnya. Jika kita tak cukup jeli untuk bisa memilah-milah mana yang boleh masuk dan mana yang harus dicekal, tentu hasil yang nampak dari dalam diri kita bukanlah hasil baik yang kita cita-citakan.
Modal terbesar seorang hamba dalam memahami kebenaran dan kebathilan adalah ketaqwaannya kepada Allah. Dimana ketika taqwa telah menjadi jati dirinya, maka Allah akan mengaruniakan kepadanya “furqon” atau pembeda.
Dimana dia akan mampu mengenali kebenaran dan para pembawanya, dan mampu mengenali kebathilan dan para pengusungnya. Ia bisa mengenali mana tauhid mana syirik, mana sunnah mana bid’ah, mana yang bermanfaat mana yang membahayakan.
Ibnul Qayyim rahimahullah menuliskan ada 6 hal yang merupakan bisikan yang berasal dari setan, dimana kita harus sesegera mungkin membuangnya jauh-jauh ketika terlintas di benak kita.
Apa saja 6 hal itu?
1. Setan membuat manusia sibuk memikirkan yang sudah terjadi dan membuatnya berandai-andai. Andaikan kejadiannya begini, maka pasti tidak akan terjadi begini dan seterusnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari telah mengingatkan kita, dengan sabdanya yang artinya:
“…Jika sesuatu (yang tidak engkau inginkan) menimpamu, maka janganlah engkau katakan ‘andaikan aku melakukan begini dan begitu tentu akan begini dan begitu’ namun katakanlah “Qodarullah wa ma syaa’a fa’ala” karena kalimat seandainya itu akan membuka (pintu) perbuatan syaithon,” (HR. Muslim).
2. Membuat manusia memikirkan kejadian yang belum terjadi, lalu dia mengandai-andai seandainya nanti terjadi lalu bagaimana, dan syaithon akan membuatnya mencemaskan berbagai hal yang terkait dengan ini.
Membuat manusia memikirkan hal-hal keji dan haram, baik ia menginginkannya karena hawa nafsunya menyeretnya ataupun ketika ia hanya sekedar terfikir kejadian-kejadian keji yang tidak ia inginkan, yang ia merasa jijik kepadanya. Maka ini harus sesegera mungkin ia tepis.
3. Menghayal dan berangan-angan yang tidak mungkin terjadi, misalnya mengangankan andaikan dirinya seorang Nabi, atau hal-hal mustahil yang akan membuatnya tersita dan hanya membuang-buang waktu.
4. Membuat manusia memikirkan berbagai perkara bathil. Misalnya, ia memikirkan bagaimana rasanya minum khamr, dll.
5. Membuat manusia memikirkan perkara-perkara yang tidak terjangkau akal.
Yaitu semisal ide-ide yang tak berguna, hal-hal yang tidak pernah selesai diperdebatkan semacam keberadaan makhluk lain di luar angkasa, atau seperti permasalahan sifat-sifat Allah dimana ia mempertanyakan kaifiyah/bentuk dan tata caranya, sehingga pikiran-pikiran itu menyibukkannya dari hal yang memang benar-benar bermanfaat bagi hatinya dan akalnya.
Kita sangat membutuhkan ketaqwaan dan pertolongan Allah dalam mengenalinya dan memberantasnya segera dari hati kita. Wallahu ta’ala a’lam. []
Sumber: muslimah