PADA tahun kesepuluh kenabian (620 M), Nabi Muhammad SAW bertemu dengan enam orang jamaah haji dari Yatsrib. Mereka adalah Abu Umamah As’ad bin Zurarah, ‘Auf bin Al-Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin ‘Amir, ‘Uqbah bin ‘Amir, dan Jabir bin Abdullah bin Riab dan datang untuk melakukan ziarah di Qaba (dekat Mina di Makkah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam pun menemui mereka, menerangkan ajaran Islam dan membacakan beberapa ayat Al Quran.
BACA JUGA: Kisah Abu Jandal saat Terjadi Perjanjian Hudaibiyah
Mereka mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, belajar tentang Allah dan wahyu-wahyu-Nya, dan segera mengenalinya sebagai nabi yang disebutkan dalam kitab suci Yahudi seperti yang diceritakan oleh sesama warga Yahudi mereka.
Mereka semua ini menjanjikan sumpah setia kepada Nabi dan berjanji akan kembali tahun depan dengan lebih banyak orang. Sekembalinya mereka ke Yatsrib, mereka mengabarkan soal Nabi kepada orang-orang dan segera saja Nabi yang mulia menjadi pembicaraan di kota.
Tahun berikutnya dua belas orang lagi datang untuk berhaji dan semuanya menjadi Muslim. Di sinilah munculnya perjanjian Aqabah yang sangat terkenal. Isinya adalah:
1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad saw.
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa.
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya.
4. Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah swt.
5. Mereka menyatakan tidak akan membunuh.
6. Mereka menyatakan tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan.
Setelah menyatakan ikrar ini, Nabi berkata: “Jika kalian sepenuhnya mematuhi janji-janji ini, kalian berhak atas surga. Tapi jika kalian mengingkarinya, kalian tidak memiliki hak atas surga. Allah bisa menghukum kalian atau mungkin memaafkan kalian.”
BACA JUGA: Robek Perjanjian Damai, Bani Quraidhah Khianati Muslim di Perang Ahzab
Umat Islam baru ini meminta Nabi untuk mengirim mereka seorang Muslim yang bisa mengajarkan Al-Quran dan perintah Islam. Nabi mengirim Mushab bin Umair (ra), seorang sahabat terhormat, untuk tugas ini. Dia adalah Muslim Mekah pertama yang tiba di Yatsrib. Dalam beberapa bulan setelah kedatangannya di Yatsrib, banyak orang menerima Islam.
Nama Yatsrib diubah menjadi Medinat-un-Nabawi, yang berarti ‘Kota Nabi’ segera setelah Nabi hijrah ke sana (tahun 622 M). Di kemudian hari, Madinah menjadi lebih populer untuk kota ini. []