WASHINGTON—Lorde, nama panggung Ella Marija Lani Yelich-O’Connor, penyanyi asal Selandia Baru, dijuluki sebagai seorang ‘fanatik’ dalam sebuah iklan yang dipasang di Washington Post .
Julukan itu diberikan setelah Lorde resmi membatalkan rencana konsernya di Tel Aviv pada Desember 2017 lalu, sebagai protes perlakuan Israel terhadap Palestina. Lorde mengikuti aksi “Boikot, Divestasi, Sanksi” yang juga dilakukan banyak pelaku seni dan aktivis kemanusiaan.
“Saya telah banyak berdiskusi dengan orang-orang dengan berbagai pandangan, dan menurut saya keputusan yang tepat saat ini adalah membatalkan pertunjukan,” ujar Lorde saat mengumumkan keputusannya, seperti dikutip dari The Guardian.
Iklan satu halaman penuh di surat kabar Washington Post yang dipasang dipasang oleh pendeta Yahudi asal Amerika bernama Shmuley Boteach, mendeskripsikan Lorde dalam kalimat “Usia 21 tahun terlalu muda untuk menjadi bigot (fanatik)”.
Setengah halaman dari iklan itu menampilkan foto hitam-putih Lorde dalam ekspresi waspada berlatar bendera Israel pada sisi kanan. Sementara, sisi kiri figur bernama asli Ella Marija Lani Yelich-O’Connor itu digabungkan dengan foto kontras suasana perang yang mencekam.
Isi iklan itu mengkritisi sikap penyanyi asal Selandia Baru itu yang dinilai ‘ikut-ikutan’ terlibat dalam boikot global, dan melakukan penghakiman terhadap Israel tanpa memahami pokok permasalahan.
Iklan juga menyayangkan Lorde tidak konsisten karena masih berkenan naik panggung di Rusia yang notabene dianggap campur tangan dalam genosida di Suriah. Pernyataan sikap Boteach itu dirangkum dalam judul “Lorde dan Selandia Baru Mengabaikan Suriah tetapi Menyerang Israel”. []