ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku ingin membangun kamp-kamp pengungsi yang lebih layak bagi etnis muslim Rohingya yang kini hidup terlunta-lunta di zona perbatasan Bangladesh.
Erdogan mengungkapkan bahwa Turki terus menyuarakan dan membahas krisis Rohingya dengan para pemimpin dunia. Ia mengaku sejauh ini telah berbicara dengan 20 pemimpin dari seluruh dunia.
“Kami melanjutkan diplomasi multilateral untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di negara bagian Rakhine,” katanya menerangkan.
Pada Jumat, badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan setidaknya 270 ribu etnis Rohingya telah melintasi perbatasan dan tiba di Bangladesh.
“Pengungsi sekarang berjongkok di tempat penampungan sementara yang telah menjamur di sepanjang jalan di lahan yang tersedia di daerah Ukhiya dan Teknaf (dekat perbatasan Myanmar),” ungkap juru bicara UNHCR Dunya Aslam Khan menjelaskan.
Hal tersebut disampaikan Erdogan sebelum bertolak ke Kazakhstan untuk melanjutkan diplomasi multilateral guna menemukan solusi untuk krisis Rohingya, Jumat (8/9/2017) kemarin.
“Jika pemerintah Bangladesh menyediakan sebuah wilayah, kami ingin membangun kamp-kamp yang lebih layak huni (untuk pengungsi Rohingya) menggunakan pengalaman kami,” kata Erdogan seperti dikutip laman Anadolu Agency.
Ia mengatakan bahwa upaya intensif Turki untuk membantu pengungsi Rohingya mulai membuahkan hasil. Hal ini ditandai dengan diizinkannya Badan Koordinasi dan Kerja Sama Turki (TIKA) untuk mendistribusikan bantuan makanan dan pakaian ke negara bagian Rakhine.
“TIKA telah membagikan seribu ton bantuan kemanusiaan. Pada tahap kedua, kami berencana mendistribusikan 10 ribu ton makanan, obat-obatan, dan pakaian,” ujar Erdogan.
Menurut Khan, saat ini pengungsi Rohingya menghadapi kondisi paling kritis dan rentan. Sebab, selain tak memiliki kewarganegaraan, mereka juga harus hidup terlunta-lunta di Bangladesh.
“Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar sekarang menjadi pengungsi tanpa kewarganegaraan, membuat mereka semakin rentan,” katanya