ENTAH, bagaimana cara pikir seorang Geert Wilders. Anggota parlemen Belanda yang sangat benci akan Islam dan pernah membuat film sampah berjudul “Fitna” ini berkata, “Invasi pertama Islam ke Eropa berhenti oleh Perang Poitiers pada tahun 732. Yang kedua terjadi di Vienna tahun 1683. Dan sekarang, kita harus menghentikan invasi agama ini.”
Wilders tampak jelas ketakutan, dan ia tampaknya tak sendirian. Mark Steyn, pengarang buku America Alone memprediksikan pada tahun 2025, populasi Muslim di Eropa akan mencapai 40 persen dari jumlah keseluruhan di benua itu. Timothy Savage, seorang diplomat Amerika, mengatakan bahwa jika perkembangan Muslim di Eropa terus menjadi trend, maka akan meningkatkan risiko konflik. Christopher Caldwell, jurnalis Amerika juga, memprediksikan Islam hanya akan mengancam Eropa belaka. Sedangkan dari Inggris, ada Niall Ferguson yang menulis bahwa generasi muda Islam adalah sebuah misi “penjajahan” (terhadap Eropa).
Mereka semua menyebutkan sebuah istilah “Eurabia” mengacu pada Eropa yang memeluk Islam. Mulai dari Wilders, Steyn, Savage sampai Ferguson menyebut bahwa Eurabia tengah menjadi trend di daratan Eropa sekarang ini. Wilders cs memberikan frame global terhadap Islam di Eropa sebagai inkubator terorisme. Yang paling menjadi perhatian mereka adalah orang-orang Islam akan mengambil semua lahan pekerjaan formal dan pelayanan publik.
Dua tahun lalu, Pew mengadakan polling dan penelitian di berbagai negara Eropa. Hasilnya, anti-Muslim di Spanyol naik sebanyak 15 poin menjadi 52%. Di Belanda, partai Wilder memenangkan 17% suara dengan hanya mengandalkan kampanye Islamofobia. Di Inggris, Partai Nasional Inggris yang anti-imigran dan menggaungkan Islamifikasi cacat di kalangan masyarakat Inggris, memenangkan dua kursi pertamanya di parlemen sepanjang sejarah keberadaan mereka. Di Austria, Partai Kebebasan yang berhaluan kanan memperoleh suara dua kali lipatnya.
Eropa tampaknya akan mulai menutup pintu untuk para imigran dari negeri Muslim. Muslim Turki sudah tak lagi diterima di Uni Eropa sekarang, dan Itali sedang berada dalam penggodokan undang-undang yang akan mengirim seorang pemilik rumah jika menampung seorang imigran tertentu. Bulan lalu, presiden Prancis, Nicolas Sarkozy mendeklrasikan pelarangan Burqa di negaranya.
Tapi semua ini jelas tampaknya berlebihan sekali. Faktanya, pertumbuhan Eurabia—menurut Newsweek—sangatlah sedikit. Pada tahun 2005, Dewan Intejilen Nasional AS mengeluarkan kajian bahwa saat ini Muslim di Eropa tak lebih dari 5% saja. Dan pada 2025, hanya akan bertambah sampai 8% saja—berbeda dengan prediksi dari Uni Eropa yang menyebutkan 470 Muslim pada tahun 2025. “Ini sangat berlebihan,” kata Jytte Klausen, seorang pengamat Islam di Eropa dari Unversitas Boston’s Brandeis.
Saat ini, sama seperti negara-negara lainnya, Eropa pun tampak kesulitan dalam mendata para imigran yang datang. Negara seperti Prancis dan Jerman tak melakukan sensus data pada penduduk mereka sendiri berkaitan dengan agamanya. Memang benar bahwa minoritas Islam semakin besar di Eropa, dan pada tahun-tahun berikutnya juga diprediksikan akan semakin tumbuh. Tapi ketakutan akan Islam menjadi sesuatu yang sama sekali tak beralasan.
Dan, lebih pastinya lagi, Eurabia hanyalah sebuah omong kosong belaka yang dilontarkan oleh Wilders cs. Saat ini tak ada gerakan politik Islam di Eropa, atau di manapun di dunia ini. Yang ada hanyalah perkembangan Syiah yang dianggap sebagai bagian dari Islam. Saat ini orang-orang Islam di Eropa sangat terbuka, sederhana, dan banyak disukai oleh lingkungan sekitarnya. Tak ada suatu pun yang menguatkan mereka sebagai figure teroris.
Gallup mengatakan bahwa orang-orang Islam di Eropa sangat loyal dan menghormati negara di mana mereka tinggal, mereka mengikuti sistem hukum yang berlaku dan terlibat pula dalam pemilihan umum. Tampaknya jika Eropa akan berevolusi, itu tidak akan dilakukan oleh orang Islam dengan cara kekerasan. []
Sumber: Newsweek