“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan,” (QS. An-Nahl: 68-69).
LEBAH memang kecil tetapi sangat cerdas. Namun, dibalik kecerdasaannya itu mereka bukanlah apa-apa dari hasil usaha yang mereka lakukan. Ada Sang Pencipta yang mengajari apa yang mereka kerjakan.
Meski panjang tubuhnya hanya sekitar tiga sentimeter, makhluk-makhluk mungil itu mampu memiliki kesadaran, keterampilan, dan kekuatan. Lalu bagaimana mereka bisa memiliki pengetahuan tentang kimia dan matematika, dalam membuat sarang-sarangnya yang berbentuk heksagonal itu? Dan mengapa mereka bekerja begitu keras untuk menghasilkan madu?
Tentu segala sesuatu terjadi dengan ijinNya dan atas kehendakNya. Dialah pencipta lebah. Semua yang mereka lakukan adalah dengan ijinNya. Kehebatan binatang ini menunjukkan kebaikan Allah yang tak tertandingi.
BACA JUGA: Lebah Binatang Modern yang Bernegara
Kamar-kamar Heksagonal
Lebah hidup sebagai koloni dalam sarang yang mereka bangun dengan sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kamar-kamar berbentuk heksagonal atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu. Tapi, pernahkah kita berpikir, mengapa mereka membuat kantung-kantung dengan bentuk heksagonal itu?
Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah melakukan perhitungan yang panjang dihasilkanlah jawaban yang menarik.
Kenapa berbentuk heksagonal? Ternyata bentuk itu mampu menyimpan madu dengan kapasitas lebih besar, bentuk-bentuk lainnya seperti tabung, kubus, atau prisma segitiga, hanya akan membentuk celah kosong di antara kantung satu dan lainnya, dan lebih sedikit menyimpan madu dibandingkan bentuk heksagonal.
Lalu kamar-kamar heksagonal itu dibentuk dengan mengerahkan ratusan lebah menyusun tiga atau empat titik awal yang berbeda, dan sampai bertemu di tengah-tengah. Selain itu, lebah juga menghitung besar sudut antara rongga satu dengan lainnya pada saat membangun kamar-kamarnya.
Berkomunikasi dengan Menari
Mengisi kamar-kamar heksagonal yang telah dibangun dengan madu, lebah harus mengumpulkan nektar, yakni cairan manis pada bunga. Ini adalah tugas yang sangat berat. Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga.
Lalu bagaimana lebah pencari makan menemukan bunga di wilayah yang begitu luas dibanding ukuran tubuh mereka? Bagaimana mereka menemukan jalan kembali ke sarang tanpa tersesat? Tatkala kita berusaha menjawab beragam pertanyaan ini, kita akan sampai pada kenyataan yang sungguh menakjubkan.
Ketika seekor lebah pemandu telah menemukan sumber bunga, maka tugas berikutnya adalah kembali ke sarangnya, lalu lebah pemandu membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit nektar yang ia kumpulkan dari bunga untuk memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Dan ia memulai tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga. Ia melakukan ini dengan cara yang sangat unik, yaitu dengan tarian.
BACA JUGA: Belajar Kerja Keras dari Lebah
Lebah pemandu mulai menari di tengah-tengah sarang dengan menggoyangkan badannya. Sulit dipercaya tarian ini memberikan lebah-lebah lain informasi tentang lokasi sumber bunga. Misalnya, jika tarian berupa garis lurus ke arah bagian atas sarang, maka sumber makanan tepat mengarah ke arah matahari. Jika bunga berada pada arah sebaliknya, lebah akan membuat garis ke arah tersebut. Jika lebah menari ke arah kanan, maka ini menunjukkan bahwa sumber bunga berada tepat sembilan puluh derajat ke arah kanan.
Segala fakta ini hendaknya direnungkan dengan seksama. Dari mana lebah-lebah memperoleh kemampuan berorganisasi yang menakjubkan? Bagaimana seekor serangga mungil yang tak memiliki kecerdasan atau sarana berpikir mampu mencari sumber makanan dan kemudian memberitahukannya kepada rekan-rekan sesarangnya? Bahkan jika ia dianggap mampu memikirkannya, bagaimana ia dapat menciptakan tarian dan lebah-lebah lainnya memahami arti gerakan dan getaran rumit dari lebah-lebah pemandu?
“Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (QS. Al-Baqarah: 32). []