Oleh: Yudhistira Adi Maulana
KESURUPAN merupakan fenomena yang kerap terjadi di masyarakat. Sayangnya, karena ketidaktahuan mengenai apa itu kesurupan dalam pandangan Islam, kesurupan dikaitkan dengan hal-hal mistis yang menjurus ke arah perdukunan dan ujung-ujungnya menjadi dosa syirik. Lalu apa itu sebenarnya kesurupan, dan bagaimana Islam memandangnya?
Jika kita melihat dalam keseharian kehidupan manusia, maka ada manusia yang jahat ada juga yang baik, selalu ada saja manusia menganggu manusia bisa karna iseng atau jahat. Begitu pula jin. Ada Jin yang dapat menganggu manusia secara global. Namun, ada orang yang tidak mempercayai bahwa jin juga bisa menggangu manusia.
BACA JUGA: Saat Jin Kebingungan dan Putus Harapan
Mengenai kesurupan ini, Syeikh Ibnu Taimiyah mengatakan ”Masuknya jin ke dalam tubuh manusia merupakan perkara yang kebenarannya telah disepakati para ulama. Allah berfirman, ‘Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.’” (QS. Albaqarah [2]: 275)
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setan berada dalam di dalam diri manusia seperti mengalirnya darah.”
Selain itu, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal berkata, “ Aku pernah berkata kepada ayahku bahwa ada suatu kaum mengatakan bahwa sesungguhnya jin itu hanya memasuki jiwa orang yang terkena gangguan.” Ahmad bin Hambal menjawab, “Wahai anakku, itu dusta. Justru jin itu juga telah memasuki lisannya sendiri.”
Keterangan tersebut merupakan perkataan mayoritas ulama yang terkenal. Jin memasuki jiwa manusia, lalu manusia tersebut mengucapkan sesuatu yang ia sendiri tidak memahami maksudnya. Jin memukul jiwa manusia dengan pukulan yang keras, begitu kerasnya pukulan itu, sampai-sampai bila seekor unta dipukul seperti itu, maka akan kelihatan bekasnya.
Namun, seseorang yang terkena gangguan itu sama sekali tidak merasakan pukulan jin pada jiwanya atau pun pada suatu yang telah diucapkannya. Intinya ada banyak sekali contoh kasus yang menjelaskan bahwa yang berkata-kata pada lisan, ataupun yang menggerakannya, adalah makhluk yang berjenis lain, yaitu “jin.”
Tak ada seorang pun dikalangan ulama yang mengingkari masuknya jin dalam jiwa orang yang terkena gangguan. Barangsiapa tidak mempercayai hal tersebut dan menyangka bahwa syariat menyangkal peristiwa tersebut, maka justru dia sendiri yang menyangkat syariat. Toh tidak ada dalil syara’ sedikit pun yang mengingkari peristiwa tersebut.
BACA JUGA: Inilah Masjid yang Menjadi Tempat Perjanjian Jin dan Rasulullah
Disebutkan dalam juz 19 halaman 12, “Di antara orang-orang yang tidak mempercayai adanya kejadian jin merasuki tubuh orang yang kerasukan adalah Al-Juaba’I dan Abu Bakar Ar-Razi dari golongan Mu’tazilah.”
Penyebab Gangguan Jin
Dalam Al-Majmuu’ (19/39), Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Gangguan jin terhadap manusia bisa terjadi lantaran kesenangan dan rasa rindu, seperti yang dilakukan banyak manusia. Namun, adakalanya dan ini yang paling banyak lewat pemberian hukuman dari jin. Misalnya, ada orang yang menyakiti jin, atau para jin, seperti melakukan kencing terhadap sebagian jin, menyiramkan air panas, dan membunuh jin, walaupun sebenanya manusia sendiri tidak merasa telah berbuat seperti itu. Dalam dunia jin juga terdapat jin bodoh dan aniaya. Sudah sepatutnya ia mendapat balasan dari pembesarnya.” []