FUTUR merupakan penyakit yang kadang menimpa para ahli ibadah, juru dakwah, dan penuntut ilmu. Jika terserang penyakit ini seseorang menjadi lemah, lamban, dan malas setelah sebelumnya semangat, rajin, dan bersungguh-sungguh. Bahkan pada tingkat yang paling parah seseorang terputus sama sekali dari suatu amal ibadah dan dakwah, wallahul musta’an.
Kefuturan biasanya terjadi secara perlahan. Artinya seseorang tidak serta merta terputus secara total dari suatu amal setelah sebelumnya ia rajin, bersemangat, dan rutin dalam melakukan suatu amalan. Tetapi berawal dari fenomena malas, bosan dan semacamnya yang tidak disadari dan tidak diatasi. Sehingga ketika fenomena dan gejalanya makin akut sulit untuk bangkit kembali.
Salah satu faktor penyebab futur yang menimpa penuntut ilmu dan aktivis dakwah adalah fanatik golongan dan membanggakan kelompok.
BACA JUGA: 4 Penyebab Futur yang Perlu Dihindari Seorang Muslim
Bagaimana hal ini bisa terjadi dan menjadi faktor penyebab futur?
Ada sebagian orang yang membanggakan kelompoknya atau bersikap fanatik kepada ulama dan tokoh tertentu sampai akhirnya melewati batas sikap ghuluw (berlebih-lebihan) yang terlarang.
Hari-hari dan tahun-tahun berlalu sementara sebagian orang itu tetap berada di dalam sikap ghuluw-nya kepada individu atau kelompok tertentu. Di saat kesalahan dan kekeliruan individu atau kelompok itu terlihat, lantaran kebanggaannya kepada kelompok dan fanatismenya, dia terjatuh dalam musibah yang dikiranya sebagai sebentuk ibadah dan upaya mendekatkan diri kepada Allah.
Karena sikap ghuluw-nya kepada tokoh tertentu dan fanatismenya, dia memusuhi banyak orang, dan mencela sahabat dan kawan. Derita dan kesedihannya atas umur dan amalnya yang telah berlalupun berkepanjangan. Derita dan kesedihannya ini begitu mempengaruhinya sehingga kekuatannya hilang. Dia diliputi rasa patah semangat dan kelemahan. Dia menyerah pada kekhawatiran dan nostalgia masa lalu.
BACA JUGA: Hati-Hati Terjangkit Penyakit Futur, Ini 11 Sebabnya
Singkatnya fanatik kelompok dan berbangga dengan golongan secara berlebihan berujung kecewa dan futur tatkala menemukan kesalahan dan cela pada tokoh dan kelompok yang dibanggakannya. Dia tidak sadar menambahkan musibah pada bencana dan penyakit pada luka.
Mestinya, orang yang seperti ini segera mengganti yang telah hilang dengan taubat, amal, keseriusan, dan kesungguhan.
Sesungguhnya taubat itu dapat melengkapi kekurangan di masa lalu. Rasulullah bersabda, “Dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik yang dapat menghapusnya. Dan pergaulilah orang lain dengan akhlak yang terpuji.” []
SUMBER: WAHDAH