BEKASI—Fariq Naik, putra Dr Zakir Naik, dalam ceramahnya di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, mengaku bangga menjadi seorang Muslim ekstremis, Namun ekstrem yang dimaksud tentunya ekstrem dalam hal kebaikan.
Dalam ceramah yang bertema miskonsepsi Islam, Fariq Naik bingung dengan istilah Islam fundamentalis, yang dewasa ini sering disebut-sebut oleh media barat kepada sebagian umat Islam.
Menurut Fariq Naik, fundamentalis berarti orang-orang yang mempraktikan prinsip dasar atau fundamental. Ahli matematika yang andal adalah yang mempraktikan dasar matematika. Jika tidak, jelas Fariq Naik, ia tak akan jadi matematikawan andal.
Sementara fundamentalis Muslim, adalah mereka yang menerapkan nilai-nilai dasar Islam. Tak ada nilai Islam yang bertentangan dengan kemanusiaan.
”Sebagian orang di luar sana mungkin pikir fundamentalis Islam adalah mereka yang bertentangan dengan kemanusiaan. Padahal tidak sama sekali,” kata Fariq Naik.
Sayangnya Oxford Dictionary mengartikan fundamentalis ke dalam arti negatif, dengan menyebut Islam di dalamnya. Fundamentalis selalu juga dikaitkan dengan ekstrim.
”Kalau ada yang ekstrem baiknya dan ekstrem dermawannya, apa salah? Alquran juga menekankan Muslim hanya boleh ekstrem di arah yang benar. Saya bangga jadi ekstrimes, dalam hal kebaikan,” kata Fariq Naik, seperti disitat dari Republika.
Kemudian muncul pertanyaan, mengapa Muslim menjadi teroris? Teroris berarti mereka yang melakukan teror. Sayangnya kata ini (teroris—red) dipakai untuk meneror mereka yang tak bersalah.
Sebelum kemerdekaan, para pejuang di India disebut teroris oleh Kolonial Inggris. Saat AS dikolonialisasi Inggris, George Washington disebut teroris nomor satu. Tapi kemudian dia jadi presiden. Demikian juga Mandela. Namun kata itu digunakan lagi untuk istilah berbeda saat ini. []