DALAM Surah Maryam (19) ayat 33 terdapat perkataan Nabi Isa yang diabadikan oleh Allah:
وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا
Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.
Dalam ayat tersebut, terdapat tiga fase yang disebutkan dalam kehidupan Nabi Isa a.s., yakni fase kelahiran, fase kematian, dan fase dibangkitkan hidup kembali.
Terkait kelahiran Nabi Isa, orang-orang Yahudi menuduh bahwa Isa adalah anak zina. Hal ini telah dijelaskan dalam tulisan yang lain. Kemudian, terkait kematian beliau, orang-orang Yahudi dan Nasrani sama-sama meyakini bahwa beliau telah meninggal di tiang salib. Adapun terkait kebangkitan beliau kelak, orang-orang Yahudi meyakini bahwa Isa kelak akan dibangkitkan bersama orang-orang kafir karena dia telah mengubah-ubah isi Taurat.
BACA JUGA: 5 Fakta Turunnya Nabi Isa Jelang Hari Kiamat
Kaum Yahudi maupun Nasrani sama-sama meyakini bahwasanya Nabi Isa wafat disalib, dan bahkan Yahudi berbangga telah berhasil membunuh beliau. Allah berfirman dalam Surah An-Nisa (4) ayat 157-158:
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ (157) بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا (158)
Dan karena ucapan mereka (Yahudi), “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, pada mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (157) Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (158)
Kebanggaan semacam ini sebenarnya adalah hal yang lumrah jika muncul dari mereka karena memang di antara ciri khas mereka adalah hobi membunuh para nabi yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali-Imran (3) ayat 181:
… وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ …
… Dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar)…
Kejadian disalibnya Nabi Isa juga diakui oleh orang-orang Nasrani. Bahkan, salib adalah sebuah simbol agung dan simbol keselamatan mereka karena, apabila Isa tidak disalib, maka mereka (orang-orang Nasrani) tidak ada yang selamat. Menurut mereka, Isa memang diutus oleh bapaknya—Allah—untuk disalib agar bisa menebus dosa-dosa manusia. Padahal, pendapat ini telah dibantah oleh Allah dalam Al-Quran.
Padahal, dalam Injil sendiri, yakni Injil Barnabas, tertera bahwa orang yang terbunuh di tiang salib adalah murid Isa yang berkhianat yang bernama Yudas iskariot. Wajahnya Allah serupakan dengan Nabi Isa sehingga dia-lah yang ditangkap oleh orang-orang Romawi dan Yahudi untuk kemudian dibunuh di tiang salib.
BACA JUGA: Ketika Nabi Isa Diangkat ke Langit
Adapun keyakinan orang-orang Yahudi bahwa Nabi Isa a.s. adalah kafir dan akan dibangkitkan bersama orang-orang kafir karena dia telah mengubah-ubah isi Taurat, maka ini adalah bualan mereka belaka. Memang benar beliau telah mengubah isi Taurat karena memang demikianlah Allah utus para rasul untuk memperbaharui syariat Rasul sebelumnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali-Imran ayat 50:
… وَلِاُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِيْ حُرِّمَ عَلَيْكُمْ …
.. Dan agar aku menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan untukmu…
Dan pola pembaharuan semacam ini juga telah terjadi sebelum Taurat diturunkan. Dalam artian, Taurat juga turun sebagai pembaharuan atas syariat yang telah ada sebelumnya. Tentang hal ini, Allah berfirman dalam Surah Ali-Imran (3) ayat 93:
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِلَّا مَا حَرَّمَ اِسْرَاۤءِيْلُ عَلٰى نَفْسِهٖ مِنْ قَبْلِ اَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرٰىةُ ۗ
Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Yakub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan
Demikian pula akhirnya syariat Injil dan Taurat pun diperbaharui dan menjadi tidak berlaku dengan turunnya Al-Quran.
Surah Maryam (3) ayat 33 juga merupakan bantahan bagi orang-orang liberal yang justru menggunakan alat ini sebagai dalil bolehnya seorang Muslim mengucapkan selamat Natal untuk umat Nasrani. Mereka berdalil dengan penggalan ayat di atas yaitu, “dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku,” kemudian mengatakan bahwa ini dalil bolehnya mengucapkan selamat Natal. Ini adalah pendalilan yang sangat fatal kekeliruannya. Hal itu salah dari beberapa sisi di antaranya:
BACA JUGA: Lokasi Diturunkannya Nabi Isa pada Akhir Zaman Menurut para Ulama
1- Harus diketahui terlebih dahulu bahwa pendalilan dan argumentasi ini tidak pernah ditemukan sebelumnya. Dalam artian, ini adalah pemahaman yang mereka ada-adakan.
2- Mereka menafsirkan as-salaam dalam ayat tersebut dengan peristilahan bahasa Indonesia sehingga maknanya menjadi makna tahniyah (ucapan selamat). Padahal, yang dimaksud dengan as-salaam pada ayat tersebut adalah doa keselamatan.
3- Jika memang makna as-salaam adalah sebagaimana yang diklaim oleh mereka, berarti ucapan selamat tidak hanya diucapkan atas kelahiran Nabi Isa melainkan juga atas kematiannya. Bukankah ayat menyebutkan as-salaam atas kelahiran dan juga kematian beliau?
Bayangkan betapa rusaknya akal mereka yang telah termabukkan oleh hawa nafsu! Ayat yang Allah turunkan untuk membantu orang-orang Nasrani justru mereka jadikan dalil atas bolehnya mengucapkan selamat Natal, yang berarti setuju dengan lahirnya Isa sebagai anak Tuhan. Allahul musta’an.[]
SUMBER: TAFSIR AT-TAYSIR | PUSAT STUDI QURAN