SETAHUN setelah Perang Badar, pecahlah Perang Uhud. Dalam pertempuran ini, tujuh puluh orang sahabat Nabi yang terkemuka syahid, di antaranya Hamzah, paman Nabi dan pahlawan yang mulia.
Dalam pertempuran ini, Nabi terluka terkena hantaman dua bongkah batu di dahi dan mulut beliau. Akibat cedera ini, darah membasahi janggut Nabi dan Nabi kehilangan sejumlah giginya.
Salah seorang kafir Quraisy berteriak hingga terdengar oleh semua kaum Muslim, ia berkata, “Muhammad telah terbunuh.”
BACA JUGA: Arti Gelar Az-Zahra bagi Fatimah
Ucapan kaum kafir tersebut telah berhasil menciptakan kekacauan di kalangan kaum Muslim. Kebingungan juga menggelayuti keluarga-keluarga Muslim yang tinggal di Madinah yang tidak ikut berperang.
Shafiyyah binti Abdul Muththalib, bibi Nabi, mengiringi Fathimah az Zahra ke Uhud. Ketika mendengar tentang cedera ayahnya, Fathimah mulai menangis dan kaum perempuan bani Hasyim bergegas membantunya. Kedatangan Fathimah di medan tempur bersamaan dengan pemeriksaan pasukan oleh Nabi, untuk mencari tahu berapa banyak sahabat yang syahid dan cedera.
Ketika mencapai Hamzah, beliau menemukannya dalam keadaan menyedihkan yang tak terbayangkan. Kaum kafir telah menceraiberaikan tubuhnya, mereka memotong jari-jari, tangan, kaki, hidung, dan daun telinganya, serta merobek perutnya untuk mengeluarkan hatinya. Mereka juga memotong kelaminnya dan meninggalkannya dalam keadaan demikian. Pemandangan tubuh Hamzah yang rusak membawa kesedihan dan kegetiran ke hati Nabi. Kaum kafir melakukan cara-cara buruk seperti pencincangan, terhadap pendukung Rasulullah saw. yang teguh dan setia. Sementara Nabi terbenam dalam kesedihan karena musibah ini.
Bibinya dan Fathimah bergegas ke tempat itu. Seketika setelah melihat mereka, Nabi menutupi tubuh Hamzah dengan salah satu pakaiannya. Shafiyyah dan Fathimah tiba dan mulai menangis serta mengutuk kaum kafir atas kejahatan mereka. Mereka melihat bahwa dahi Nabi terluka parah dan darah membeku di wajah dan janggutnya. Fathimah az Zahra yang telah sampai ke medan Uhud dan melihat kondisi ayahandanya mulai membersihkan wajah beliau dan berkata, “Hukuman Allah akan berat bagi ia yang menyebabkan wajah Rasul berdarah.”
Ali menuangkan air ke wajah Nabi, namun hal ini tak menghentikan pendarahan, maka, Fathimah pun membakar beberapa utas tali dan memupurkan abunya ke luka itu, yang akhirnya menghentikan perdarahan. Fathimah melewati saat-saat ini dalam kesedihan dan kecemasan besar. la adalah seorang putri yang percaya dan setia kepada ayahnya.
BACA JUGA: Mahar Fatimah Az-zahra
Ketika kembali ke Madinah, Imam Ali bin Abi Thalib memberikan pedangnya kepada Fathimah dan berkata, “Ambillah pedang ini, Fathimah; sungguh pedang ini telah membuktikan diri sebagai yang paling andal sekarang ini.”
Nabi menambahkan, “Ambillah Fathimah, karena sungguh suamimu telah sepenuhnya melakukan kewajibannya, Allah membunuh para pahlawan (kafir) Arab lewat tangannya.” []
Sumber: Fathimah: Buah Cinta Rasulullah Saw Sosok Sempurna Wanita Surga/ Abu Muhammad Ordoni/ Zahra Publishing House/ Jakarta/ Desember, 2007