“Tidak ada sakit lagi bagi ayahmu setelah ini.”
ITULAH ucapan yang keluar dari mulut manusia termulia, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, yang membuat Fatimah menangis tersedu-sedu.
Ya, itulah awal kepergian Rasulullah setelah melakukan haji yang terakhir (Hujjatul wada’). Beliau telah meletakkan dasar-dasar Islam dan Allah telah menyempurnakan dienul Islam.
BACA JUGA: Gelar bagi Fatimah Az-Zahra
Tatkala beliau wafat, Fathimah berkata, “Wahai ayah, engkau telah memenuhi panggilan Rabb-mu… wahai ayah, Surga Firdaus adalah tempat tinggalmu… wahai ayah, kepada Jibril kami beritahukan wafatmu.”
Ketika Rasulullah dikubur, Fathimah berkata, “Wahai Anas, bagaimana kalian tega menimbun ayah dengan tanah?’
Maka menangislah Fathimah dan kaum muslimin seluruhnya atas kematian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Namun cukup terobati dengan mengingat firman Allah:
…وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul…” (QS. Ali Imran Ayat 144)
Dan juga firman Allah:
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. Al-Anbiya Ayat 34).
BACA JUGA: Pernikahan Ali dan Fatimah
Tak lama setelah wafatnya Rasulullah, Fathimah pun sakit, namun hal itu tidak membuatnya bersedih. Kabar dari ayahnya sebelum wafat, membuatnya bahagia dan gembira bahwa dirinya adalah anggota keluarga yang akan bertemu dengan Rasulullah di Surga. Fathimah wafat pada tanggal 3 Ramadhan 11 Hijriyah tatkala berumur 27 tahun. []
Sumber: Mahmud Mahdi al-Istanbuli, Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi, Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya. Ramadhan 1433 H. Nisaa’ Hauldar Rasul, Shuwaru min Hayati ash-Shahabiyat. Edisi Indonesia, Mereka Adalah Para Shahabiyat. At-Tibyan.