Oleh: Daud Farma
Kamu Seorang Penulis (Fp)
AKU punya sebuah software baru. Namanya Feelingware. Fungsinya? Mengetahui perasaan orang lain. Dalam hal ini adalah perasaan kasih sayang, cinta, rindu, dan semacamnya, ada pun perasaan buruk, aku belum sempat menemukan sebutannya. Cara bekerjanya? Mudah sekali. Yaitu Ketika dua insan telah memadukan hatinya lewat pandanga, lalu kagum dan suka. Apabila tidak suka? Berarti software ini tidak cocok untuknya. Aih aku pun belum menemukan namanya, sekarang khusus untuk perasaan yang baik-baik saja.
Oh, ya, sebelumnya, perkenalkan namaku, Bee. Kata kakekku, Bee itu artinya lebah. Kata ayahku, dulu kakek terinspirasi dari seekor lebah yang menjatuhkn setetes madu ke dalam teh hangatnya, sejak ia minum teh hangat yang berisi setetes madu lebah itu, kakekku sembuh dari penyakit batuknya. Kakek tidak pernah batuk lagi hingga akhir hidupnya. Belum lama setelah kakek sembuh waktu itu, ibuku melahirkanku, ayahku yang tak punya banyak nama, jangankan banyak, satu nama pun ia tidak punya untukku. Lalu ayah meminta ke kakek agar memmberi nama untukku.
“Namanya, Bee. Agar ia selalu membawa manfaat, memberi pertolongan dan kesembuhan bagi orang lain.” Akhirnya ayahku menyetujuinya. Ibuku sendiri awalnya kurang setuju kenapa namaku Bee? Padahal aku kan laki-laki? Cocoknya namaku, Rooby. Tapi ketika ayah menjelaskan seperti yang dijelaskan kakek, ibu segera bilang : mantab nian nama anak kita Bang! Salut deh! Semoga kelak ia banyak menolong orang lain!” kata ibuku.
“Aamiin.” kata ayahku.
Kini aku sudah dewasa, aku sering melamun di bawah pohon nangka yang tumbuh rindang dan lumanyan tinggi di samping rumahku. Lihatlah pohon nangka itu, ia rela berbagi pada saudara senamaku untu bersarang di dahannya. Sudah sebulan lebih kaum lebah itu bersarang di situ. Ingin aku segera menyalakan api supaya banyak asap yang mengepul-mengepul agar khalayak lebah itu segera minggat meninggalkan istananya-dan aku bisa mengambil harta peninggalannya. Akhirnya aku pun mengutarakan maksudnku. Kini telah kukumpulkan banyak sampah tempat telur dan setengah liter bensin. Tapi begitu aku ingin membakarnya, aku teringat kakek, bahwa kaum lebah inilah yang dulu menolong kakek hingga tak batuk di usia senjanya dan namaku juga sama dengan kaum lebah. Duh, mentang-mentang kakek suka bahasa inggris, Bee, cara ia menyebutnya. Kuurungkan tujuanku.
Lama aku berfikir: kenapa aku tak sampai hati? Ah, lagi-lagi karena kakek. Sayang pada kakek.
Hingga aku pun berpikir, ternyata kalau saja semua orang mengikutsertakan perasaannya dalam bertindak: kalau dalam kebaikan maka ia akan melakukan sepenuhnya, dan kalau dalam keburukan maka ia tidak akan tega. Aku pun ingin menamainya dengan istilah sebuah sofware baru: yaitu :feelingware, sofware perasaan.
Sebenarnya ini bukanlah ciptaanku, tapi ini adalah semacam penemuan sebuah nama saja. Yang menciptakannya? Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptkan perasaan manuisia. Sebab point pokoknya adalah hati, yang akan segera kamu ketahui.
Ketika manusia sedang memakai perasaanya, maka saat itu pula ia sedang memakai feelingware. Ah, hanya sebuah penamaan yang konyol bukan? Tapi entah kenapa ibuku malah mendukung penemuan nama atau sebutan untuk software yang satu ini. Feelingware ini perangkat kerasnya (hardware), adalah hati. Anatomi teristimewa yang manusia punya. Feelingware tak dapat dicopsa (copy+paste) juga tak dapat diwariskan. Sebab masing-masing orang memang sudah memilikinya. Namun banyak yang belum tahu cara menggunakannya. Awalnya kenapa ibu mendukungku ialah: ketika ayahku mulai mencintai perempuan lain. Segera ibu meminta bantuanku untuk mencari tahu siapa sih yang sedang dicintai ayahku? Ah mudah sekali, tapi agak lama memang bekerjanya. Kupakailah feelingware.
Diam-diam aku mendekat ke ayah yang sedang duduk di teras depan rumah. Pertama-tama aku senyum pada ayah. Ayah menatapku dan ia pun tersenyum padaku. Itu artinya feelingware ayah dan feelingware-ku sudah siap bersatu dan bekerja. Oh ya, yang terpenting dalam bekerjanya feeling ini adalah perlunya kata-kata yang dapat membantu.
“Ayah, aku sudah dewasa. Aku sudah besar walaupun anaknya paling kecil. Abang dan kakak sudah nikah semua. Ibuk sudah tua dan bapak pun sudah tua. Tak tega rasanya melihat ibuk sendirian di rumah. Aku sayang ayah. Tak mau ayah pergi jauh.” kataku pada ayah. Kulihat wajah ayah sudah mulai berubah. Sedikit sedih di raut wajahnya.
“Ayah, apakah ayah tega melihat ibuk sendirian di rumah?”
“Tak tega, Bee.”
“Apakah ayah hendak pergi?”
“Tidak, Bee.”
“Apakah ayah hendak nikah lagi?”
“Tidak, Bee. Jujur ayah sangat sayang pada ibumu. Hanya ibumulah satu-satunya yang ayah cintai. Adapun gosip bahwa ayah selingkuh, itu benar, Bee. Tapi cukup sampai di situ. Ayah ndak akan selingkuh lagi. Ayah setia pada ibumu, Bee. Ibumulah yang pertama dan terakhir yang ayah cintai dan ayah sayangi. Tidak akan ada orang lain, Bee. Tak akan!”
“Ayah janji?”
“Janji, Bee. Ayah berterimakasih padamu, Bee. Kau telah mengingatkan ayah untuk selalu cinta, sayang dan setia pada ibumu. Kau anak ayah yang baik, Beee.”
Ayahku menangis sendu memelukku. Waktu itu kulihat ibu bersembunyi di balik pintu, ibu menangis lalu mendakat dan memeluk kami. Sejak itu ayahku semakin sayang dan perhatian pada ibu. Ayah telah menggunakan feelingware-nya.
Sekali lagi, feelingware ini tanpa adanya copy-paste (ctrl+v), melainkan ia sudah ada di tiap-tiap orang, dan cara agar feelingware berfungsi: lewat salahsatu panca indra, mata yang menangis, kulit wajah yang beraut sedih, suara yang pelan dan lembut, juga disertai kata-kata pilihan yang bisa kamu rangkai sendiri. Gejalanya? Persis seperti software pada umumnya, ada gejala positif dan juga negatif. Positifnya? Ketika software tersebut sedang lapang dan terang. Cara agar tetap terang? Bisa dengan memperbanyak shalawat dan dzikir. Maka akan mudah cara mengaplikasikannya. Bisa dimulai dengan semacam renungan. Negativenya? Banyak. Tentunya godaan dan bisikan syaitan. Maka basmilah virusnya dengan anti virus: iman dan taqwa. Maka ketika ia terdeksi tidak bervirus, positifnya akan mencengangkan, menakjubkan dan menyenangkan. Seperti: ada-ada saja orang yang akan berbuat baik dan sebagainya. Seperti; sekali baca langsung hafal, sekali mendengar langsung paham, rajinnya minta ampun, beraktivitas dengan semaksimal mungkin, belajarnya efektif dan selalu aktif, rajin membaca dan mengulang, aktif organisasi, ikut kajian ilmiah, olahraga dan berbagai positif lainnya. Maka feelingware ini pun sebenarnya ada dala pokoknya: heart ware, perangkat hati. Negatifnya? Unfeelingware. Ketika tak memakai perasaan.
Kawan, bukankah sudah kukatakan bahwa mata dan telinga adalah cara copy-paste yang lebih cepat dibandingkan perangkat yang lain? Walaupun terkadang cepat juga hilangnya. Memakai jasa transfer share it? Kalah! Apalagi bluetooth? Kalah banget! Akan kubuktikan kekalahan dua nama perangkat lunak itu. Ketika mata memandang sebuah objek (hardware lain) maka brainware dengan cepat mencerna hasil input dari mata, melesat bagaikan kilat lalu terjun dan dikelola oleh hati. Ada banyak tipe brainware yang bermasalah: ia lambat mencerna, sehingga orang banyak yang salah, tidak mempertimbangkan efek buruk dari yang diinput oleh mata. Walhasil, heartware-nya terkena virus. Seperti; ketika si A melihat B sedang berbaring di atas kasur, menghadap ke layar laptop dan menonton film korea, A langsung pasrah tanpa mencerna dengan baik, hingga akhirnya si A ikutan berbaring dan menonton film korea. Ketika ada orang ketiga, si C, ingin memberikan antivirus; kecil yaitu: rajin, sudah tak mempan lagi. C menampilkan kerajinannya; rajin membaca dan lainnya, tanpa mengajak A dan B, akhirnya tidak membuahkan hasil. Lambat laun, C pun mengerti, teryata ia punya satu antivirus lainnya, yaitu nasihat. Nasihat adalah berurusan dengan hati dan perasaan. Ketika dhamir atau hati kecil itu digunakan, maka ketika itulah ia bekerja dengan optimal atau maksimal. Karena ia masih punya feelingware, perasaan. Hanya mereka yang punya perasaanlah yang mengerti perasaan orang lain. Mansuia mana yang tega mengkhianati orang yang benar-benar ia cintai. Inilah yang dikatakan dengan, “feelingware” software perasaan.
Beda halnya dengan orang yang sudah terkena banyak virus. Sedihnya, ia malah betah dengan virus yang ter-paste padanya, malangnya ia malah memelihara virusnya. Maka benar saja, banyak orang yang kehilangan reputasinya, kehilangan jati dirinya, merasa dirinya yang sekarang bukanlah dia yang dahulunya.
Namun, ketika orang tersebut benar-benar bebas dari virus, hal menakjubkan pun akan terjadi. Ada banyak orang yang bergadang hingga pagi bersama bukunya, pulang ke rumah hanya pada waktu makan dan tidur saja, lupa pada kasurnya yang empuk, bahkan ia mem-pending urusan hatinya. Maka maaf, jika kukatakan orang semacam dia pada banyak yang jomblo.
Feelingware tersebut juga punya sistem update, yaitu: tajdidunniah, pembaruan niat. Ketika ia telah ter-update, maka segalanya jadi indah. Namun, sifat update ini tidak bertahan lama, persis seperti meng-update sebuah sofware di komputer, punya jenjang waktu yang terbatas. Jadi, ketika masa update-nya intaha alias abis secara tiba-tiba, sadarlah segera lalu update kembali. Ketika tak sadar? Ketika itulah heartware ini diserang kembali oleh virus; kaslan super murakkab, malas super kuadrat!
Sekali lagi, perkenalkan namaku, Bee!
#Justtofun
Gamalia-Darrasah-Kairo, 25-Desember 2017.