Oleh: Hamsina Halik
Pegiat Revowriter
hamsina.halik@gmail.com
BEBERAPA hari ke belakang, jagat maya dihebohkan dengan munculnya komunitas crosshijaber. Bagaimana tidak, komunitas yang terdiri dari laki-laki dengan penampilan seperti wanita memakai hijab syari lengkap dengan cadarnya. Sebelumnya, sudah ada crossdressing, di mana pria mengenakan gaun wanita lengkap dengan makeup.
Berbeda dengan crosshijaber, para laki-laki ini tidak akan mudah diketahui bahwa mereka laki-laki. Sebab, dengan pakaian yang tertutup, mata dipercantik dengan softlens, suara disamarkan, identitas tertutupi. Siapapun dengan mudah terkecoh.
BACA JUGA: Heboh Crosshijaber, Ini Fakta dan Penjelasannya
Crossdresser adalah istilah untuk menyebut orang-orang yang berpakaian atau berpenampilan sebagai jenis kelamin yang berlawanan. Pria berpakaian seperti perempuan, begitu pun sebaliknya. Sedangkan aktivitasnya disebut sebagai crossdressing. Maka, mengacu pada definisi ini, crosshijaber lebih spesifik pada pria yang menyukai penampilan berhijab seperti muslimah pada umumnya, sebagaimana yang disebutkan dalam situs gendercentre[dot]org.
Alasan mereka melakukan ini semata hobi, bentuk ekspresi, penyamaran atau sekadar untuk menunjukkan diri. Sebagaimana pengakuan dari salah satu akun crosshijaber yang mengatakan bahwa selama mereka mampu memberikan keyakinan pada orang lain, itu merupakan pertanda dan prestasi bagi mereka. Ia mengatakan “jika kita yakin dengan tampilan kita sebagai wanita, dari pakaian, makeup, maka orang lain pun tidak akan ragu kalau kita ini wanita” (okezone.com, 13/10/2019).
Menurut psikolog Angesty Putri, ada beragam motif penyebab pria menjadi crosshijaber. Mulai dari gangguan seksual, sebuah bentuk ekspresi, penyamaran atau hanya ingin terkenal di media sosial. Apapun alasannya, Angesty mengungkapkan bahwa perilaku crosshijaber memiliki masalah piskologis.
“Orang yang sampai melakukan hal ini, dia punya keberanian melanggar norma umum di masyarakat, artinya dia punya kondisi psikologis tertentu,” ungkap Angesty Putri, M. Psi, Psikolog, CPC. (m.detik.com, 15/10/2019).
Ini jelas merupakan prilaku menyimpang. Keluar dari fitrahnya sebagai laki-laki. Berpenampilan layaknya wanita semata untuk kepuasan diri ataupun kepuasan seksual. Ada ketenangan manakala mereka melakukan hal tersebut. Mereka yang tampil syari ini bahkan berani masuk ketempat-tempat yang hanya dimasuki wanita. Seperti toilet, bahkan berani masuk ke dalam mesjid. Tentu saja, hal ini akan menimbulkan keresahan ditengah-tengah masyarakat, terutama para wanita.
Padahal Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berbagai perbedaan. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Laki-laki tidaklah seperti perempuan.” (TQS. al Imran: 36).
Islam pun dengan tegas mengharamkan laki-laki menyerupai wanita. Begitupun sebaliknya. Sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Abbas ra., dia berkata:
“Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari)
BACA JUGA: Kaum yang Dilaknat Allah dan Rasulullah
Munculnya fenomena seperti ini tidak lain sebagai dampak dekandensi moral atas krisis akidah yang melanda generasi muda saat ini. Adanya serangan budaya dari luar, yang dikenal dengan virus 3F (food, fashion and fun) menjadi penyebab utama merosotnya moral dan perilaku generasi.
Terlebih lagi pada saat ini kebebasan setiap individu semakin kebablasan. Salah satunya kebebasan berekspresi atau bertingkah laku atas nama hak asasi manusia (HAM). Sehingga siapapun boleh mengekspresikan diri meski itu menabrak norma agama ataupun menyimpang dari fitrahnya. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.