BERSIKAP benar mencerminkan perilaku seseorang yang bertakwa kepada Allah Ta’ala. Maka, jika kita ingin termasuk orang yang bertakwa, maka berperilakulah dengan benar. Tentunya benar dengan mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ lakukan. Tak lupa juga menghindari perbuatan-perbuatan salah, yang memang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jika kita berbuat benar, maka kita akan memperoleh buah yang baik. Seperti memperoleh ketenangan dalam hati, berkah dalam usaha, mendapat kedudukan syuhada’ dan selamat dari kesulitan. Hal itu dapat kita peroleh, jika kita sungguh-sungguh dalam kebenaran.
Mengenai kebenaran, ternyata kebenaran itu mempunyai fenomena-fenomena. Apa sajakah itu?
1. Benar dalam tutur kata. Jika orang muslim berkata, ia tidak berkata kecuali benar. Jika ia memberi informasi, ia memberi informasi dengan benar. Karena berkata dengan tidak benar (bohong) adalah bukti kemunafikan dan tanda-tandanya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tanda-tanda munafik itu ada tiga; jika ia berbicara maka berdusta, jika ia berjanji maka mengingkari, dan jika ia diberi amanat maka ia berkhianat,” (Muttafaq alaih).
2. Benar dalam pergaulan sehari-hari. Jika orang muslim bergaul dengan seseorang, ia benar dalam pergaulannya, tidak menipu, tidak mengibuli, dan tidak memalsukannya dalam kondisi apa pun.
3. Benar dalam keinginan. Jika orang muslim ingin mengerjakan sesuatu harus ia kerjakan, ia tidak ragu-ragu di dalamnya, dan mengerjakannya tanpa memperdulikan yang lain hingga ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.
4. Benar dalam janji. Jika orang muslim berjanji dengan seseorang, ia menepatinya, karena tidak menepati janji adalah tanda-tanda kemunafikan seperti terlihat dalam hadis sebelum ini.
5. Benar dalam penampilan. Orang muslim tidak menampilkan selain penampilannya, tidak memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan batinnya, tidak mengenakan pakaian kepalsuan, tidak riya’, dan tidak memaksakan diri terhadap sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan. Karena Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang yang memperkaya diri dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, ia seperti mengenakan dua pakaian kepalsuan,” (Diriwayatkan Muslim).
Ini artinya bahwa orang yang berhiaskan dengan sesuatu yang bukan miliknya agar terlihat sebagai orang kaya itu seperti orang yang mengenakan dua pakaian usang untuk mengesankan dirinya sebagai orang zuhud, padahal ia bukan orang zuhud. []
Referensi: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah