ALLAH menciptakan alam semesta dan isinya dengan sempurna. Sempurna pula keindahannya.
Salah satu fenomena alam yang indah dilihat adalah pelangi. Fenomena pelangi yang menghiasi langit pernah dijelaskan oleh Ibnu Sina. Tidak hanya pelangi, awan juga pernah diungkapkan Ibnu Sina.
Pelangi merupakan uap-uap yang mengenai lapisan udara dingin, sehingga bisa memancarkan waran dan berbentuk corona. Penjelasannya dikutip dari buku Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia yang ditulis oleh Prof. Dr. Ahmad Fuad Basya.
BACA JUGA: Antara Hujan dengan Pelangi
Dalam bukunya Asy-Syifa’, Ibnu Sina yang seorang ilmuwan dan dokter kelahiran Persia mengatakan:
“Awan terbentuk dari uap-uap basah yang naik dengan naiknya suhu panas lalu mengenai lapisan dingin udara. Esensi awan adalah uap pekat yang terapung di atas udara. Uap adalah materi awan, hujan, salju, embun dan es. Maka dari itu, terlihat perbedaan fenomena-fenomena matahari dan bulan seperti Corona dan Pelangi.”
Pendapat Ibnu Sina tentang terbentuknya awan tidak berbeda dengan pendapat Figan dan Shamaos pada tahun 1929.
Menurut pendapatnya awan dikenal dengan materi tipuan dari air yang bergantung di udara, atau uraian tipuan udara. Materi yang bergantung terkadang dalam bentuk tetesan kecil air atau kristal salju atau campuran dari tetesan air dan kristal salju.
BACA JUGA: Pesan dari Sang Pencipta Pelangi
Kebanyakan tetesan air dalam suhu udara yang turun sampai 50 di bawah nol derajat. Orang-orang Barat tidak tertarik untuk melanjutkan kajian sistematis tentang awan yang dimulai oleh para ilmuwan muslim kecuali pada abad ke 19 M ketika ilmuwan biologi dari Perancis Lamarck mengarang buku tentang awan.
Dia menyebutkan daftar nama macam-macam awan. Kajian ini terus berkembang dan menjadi fisika awan sekarang dan merupakan salah satu cabang dari Meteorologi Fisika yang mendapat perhatian para peneliti untuk memperoleh manfaat dari terapannya yang penting untuk tujuan prediksi cuaca, penerbangan, hujan dan lainnya. []
Referensi: Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia/Karya: Prof. Dr. Ahmad Fuad Basya/Penerbit: Pusataka Al Kautsar