Oleh: Hj. Erlies Erviena SE., M.Ag.
-Magister Tafsir al-Qur’an (M.Ag) dari PTIQ Jakarta, thn 2021
erlieserviena@gmail.com
MENIKMATI sunset di pinggir pantai merupakan sebuah sensasi sendiri. Apalagi saat matahari perlahan seperti tenggelam ke dasar laut. Sensasi ini sama halnya saat menyaksikan sunset dari Candi Borobudur, di atas ketinggian 1.174 meter permukaan laut.
Pemandangan yang menampilkan kesan magis layaknya negeri di atas awan di antara gapura Candi Bentar.
Cahaya jingga mewarnai cakrawala sesaat sebelum matahari tenggelam di telan bumi, merubah langit biru menjadi kemerahan. Mentari dengan cahayanya yang mulai meredup tampak bulat sempurna dan tak lagi menyilaukan.
Pemandangan yang sungguh eksotis dan memberikan kesan romantis, ketika menyaksikan matahari menghilang. Cahayanya digantikan dengan temaram lampu yang berpijar.
BACA JUGA: Keadaan Matahari di Akhir Zaman, dan Stok Energi Reaksi Fusi untuk 5 Miliar Tahun
Senja merupakan interval waktu dan fenomena rotasi pada planet bumi yang menyebabkan terjadinya siang dan malam, sebelum matahari terbit (sunrise) dan sesudah matahari terbenam (sunset).
Fenomena Sunrise dan Sunset: Matahari Disebut Juga Obor
Matahari berada di bawah cakrawala, tetapi cahayanya terlihat menerangi atmosfer bagian atas. Pada awal senja, ketika matahari mulai terbenam, warna langit berubah dengan cepat. Awan di ufuk barat diterangi sinar matahari merah jingga.
Ambisi mengejar sunset, tak kalah menggairahkan ketika mengejar sunrise. Walaupun perjuangan menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai puncak seperti gunung Bromo, dengan ketinggian sekitar 2.329 meter di atas permukaan laut dan suhu bisa mencapai 10 derajat celcius. Belum lagi angin yang berhembus menembus pori-pori kulit.
Munculnya matahari terbit (sunrise), awalnya terlihat hanyalah sebuah bulatan kecil. Lalu, bulatan kecil itu kian membesar, membentuk sebuah bulatan utuh memancarkan sinarnya. Matahari berada di bawah cakrawala, cahayanya terlihat menerangi lapisan atas atmosfer bumi.
Dalam Al-Qur’an, matahari adalah Syams. Disebut juga sebagai Sirâj yang berarti ‘obor’ atau sebagai waḫâj yang berarti lampu menyala atau sebagai diya’ yang berarti bersinar kemuliaan. Sementara bulan disebut dengan Qamar. Salah satu ayat Al-Qur’an menjelaskan tentang sifat sinar matahari dan cahaya bulan;
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan/waktu..….(Q.S. Yunus/10: 5).
Fenomena Sunrise dan Sunset: Matahari Sebagai Diya
Matahari dalam ayat ini disebut sebagai diyâ’, yaitu yang bersinar, karena benda langit ini memiliki cahayanya sendiri. Cahaya matahari yang dalam ilmu pengetahuan berasal dari reaksi nuklir merupakan sumber tenaga penghasil panas yang tinggi, sehingga mempunyai peran bagi kehidupan makhluk di permukaan Bumi.
Keberadaan cahaya adalah karunia-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: “Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar”. (Al-Furqān/25: 61)
BACA JUGA: Doa Kala Melihat Matahari Terbenam
Pada ayat ini, matahari disebut juga sirāj karena kemampuannya memancarkan energi dalam bentuk cahaya. Jadi, matahari itu sendiri adalah sumber cahaya. Pancaran cahaya yang berasal dari matahari sebagian besar diserap oleh permukaan bulan dan sisanya dipantulkan. Perbedaan antara cahaya matahari dan bulan tersirat dalam Surah Nūĥ/71: 16
“Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita yang cemerlang”. (Q.S. Nūĥ/71: 16)
Ketika bumi bergerak mengelilingi matahari, maka bulan juga bergerak mengelilingi bumi dan bersamaan dengan itu mengelilingi matahari. Disamping berotasi, bumi juga bergerak dalam garis edarnya berbentuk elips yang mengelilingi matahari. Perputaran berlangsung secara terus-menerus dan dalam garis edar orbitnya masing-masing.
“Demikianlah Allah berkuasa memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam…” (Q.S Al-Hajj/22:61)
Rotasi benda-benda langit tersebut, tidak ada satu pun yang menyimpang atau berubah dan berbenturan. Sebagai akibat tetapnya bumi dalam pergerakan pada orbitnya mengelilingi matahari, rentang waktu yang diperlukan juga selalu tetap.
Fenomena Sunrise dan Sunset: Matahari Sebagai Dasar Perhitungan Waktu
Berdasarkan pada fenomena inilah pergerakan matahari dapat dijadikan sebagai dasar bagi perhitungan waktu. Pancaran sinar itu terdapat dalam Surah Yūnus/10: 5: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan/waktu…” (Yūnus/10: 5)
Al Qur’an dapat dijadikan petunjuk bagi seluruh umat manusia untuk memahami kebesaran Allah SWT. Surat An-Nûr (24): 35, memberi makna jika Dzat sebagai pemberi cahaya bagaikan sebuah pelita besar yang menerangi semesta alam, didalam sebuah lubang yang tak tembus.
Pelita itu di dalam tabung kaca bagaikan bintang yang berkilauan dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun. Cahayanya yang berlapis-lapis memancar ke seluruh penjuru dunia.
Makna cahaya bagi kehidupan manusia adalah agar dapat menerangi hati atau jiwanya sebagai tuntunan hidup, sehingga tidak tersesat dan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat menggambarkan bagaimana orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya, akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman dan banyak dosanya akan ‘memancarkan’ kegelapan, seperti bunyi Q.S. Al-Hadîd (57):12, “Pada hari ketika kamu melihat orang mu’min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di samping kanan mereka.
Fenomena sunrise dan sunset merupakan ‘ibrah bagi sebuah kehidupan agar manusia merenungkan dan mengevaluasi diri betapa besarnya kekuasaan Allah SWT.
Sang Maha Pencipta seluruh isi bumi ini, dengan melakukan ketaatan kepadaNya. Orang yang mendapatkan cahaya Allah SWT., wajahnya putih bersinar, sebaliknya orang yang tidak beriman dan hatinya ada penyakit, wajah mereka hitam muram dan gelap.
BACA JUGA: Gerakan Matahari yang Diungkap Alquran
Fenomena Sunrise dan Sunset, Diabadikan dalam Surat Asy-Syam
Fenomena alam ini merupakan proses yang spesifik, untuk itulah Allah SWT., menurunkan sebuah Surat Asy-Syam ayat 1-10, untuk menjadi bahan renungan;
Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,
demi bulan apabila mengiringinya,
demi siang apabila menampakkannya,
demi malam apabila menutupinya (gelap gulita),
demi langit serta pembinaannya,
demi bumi serta penghamparannya,
demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,
maka, Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),
dan sungguh rugi orang yang mengotorinya….. []
Daftar Pustaka
1). https://www.cnnindonesia.com › keajaiban Borobudur, diakses tgl 14 Nov. 2020.
2). https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo, diakses tgl 10 Maret 2010
3). Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta: Lautan Lestari, hal. 240, edisi 1, thn 2013.
4). Ibid, hal. 414-415