Kehilangan sosok pemuda memang menjadi masalah ummat hari ini. Pelik memang. Pemuda yang semestinya menjadi operator dalam gerak amal kebaikan–karena fisik dan pikirannya masih ‘hijau’- justru kehilangan arah dan tidak tahu tempat kembali.
Tentu ini disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah semakin cepatnya arus informasi yang dimotori barat. Disadari atau tidak, arus informasi itu ternyata juga menghayutkan pola hidup individualis, materialis-duniawi, dan serba bebas-kumaha aing weh! yang akhirnya bermuara di negeri kita, Indonesia, yang secara sadar dan turun temurun mewariskan pola hidup bertentangan; gotong royong, orienteasi akhirat, dan beradab.
Maka imbas dari itu semua adalah, lebih ramainya pemuda berada di konser cinta satu malam, daripada di acara shalawat rohatil athyaru tasydu; lebih hafal lirik despacito daripada mawlaya; lebih asik menghadiri konser-konser daripada majlis ilmu; dan yang lebih fatal adalah … lupa waktu, lupa salat.
Apa itu berarti teknologi adalah dalang dan harus dihindari? Ini sangat keliru! Teknologi adalah alat netral, bisa dipakai untuk sesuatu yang positif atau negatif. Sepertihalnya pisau—yang juga adalah alat- bila digunakan untuk menyembelih hewan kurban jatuhnya menjadi alat yang baik, tapi bila digunakan untuk membegal, kita tahu sendiri betapa tercelanya perbuatan itu!
Barangkali dari sanalah muncul narasi dakwah media; website, facebook, instagram, youtube, mulai di-Islamikan. Semua pos-pos diisi untuk memobilisasi ummat agar satu frekuensi dan sepedih sepenanggungan.
Pemuda? Kapan mereka muncul ke permukaan?
Begini ceritanya,
Rasa kehilangan, sudah barang tentu akan memunculkan rindu, tidak terkecuali ketika ummat ini kehilangan sosok pemuda; pasti rindu dengan gerak-gerak pemuda yang tak tertebak namun berdampak lebih besar bila dibandingkan dengan langkah-langkah ‘biasa’ yang sudah terpikir oleh ‘kaum tua’.
“Arrahmaan. ‘Allamal qur’an …” secara tiba-tiba, masyarakat maya seperti dikejutkan dengan lantunan Al-Qur’an berirama kurdi dalam sebuah video yang sekarang sudah 11 juta kali dilihat (hanya dari satu akun youtube, belum dari media lain). Shar sher shar sher terjadi hampir di setiap titik media yang ada.
Siapa dia? Apa yang menjadi daya tarik? Dialah Muzammil Hasbalah, yang waktu itu menjadi imam Masjid Al-Lathiif, Bandung. Yang menjadi engagement dari video tersebut adalah, pertama, suara yang merasuk ke jiwa; kedua, pemuda; ketiga, penampilan yang tidak seperti imam pada umumnya, hanya pakai kameja dengan kancing terbuka, syal di leher khas band Ungu di video klip Dengan NafasMu, dan kupluk khas anak gunung.
Inilah fenomena. Barangkali dalam pikiran ummat kita telah baku, bahwa imam Masjid mestilah orang tua, berbaju koko, sarung, dan kopiah. Lalu secara tiba-tiba dihancurkan oleh pemuda bernama Muzammil. Hal ini tentu mengundang rasa penasaran yang tinggi, hingga kemudian beramai-ramailah orang menstalk akun instagram miliknya. Dan di sana ada sebuah postingan yang menggambarkan sebuah kajian anak muda; ramai.
“@muzammilhb: #HijrahIsFun Beragam latar belakang numplek di sini. Ngeramein rumah Allah. Seperti juga mereka yang suka ngeramein mall, cafe, stadion bola, pantai, gunung, studio, lapangan konser, dan tempat2 keren laennya… Mulai dari surfer, skateboarder, musisi, geng motor, anak vespa, anak bmx, pendaki, aktivis kampus, pengusaha muda, sampe model-model yg carantik.
Udah ga zaman masjid cuma diisi orang sepuh. Skrg giliran kita, anak muda yg pengen #TaatTapiAsik ngeramein #spot2shalat.
Welcome to Kingdom of Heaven… #MasjidAnakMuda ( Words by: Tengku @hanan_attaki )
#Shift #PemudaHijrah #Bandung*diposting oleh Muzammil pada tanggal 1 November 2015
Muncul terms baru: Pemuda Hijrah, Shift, dan Tengku Hanan Attaki.
Engagement yang didapatkan oleh Muzammil ternyata mengalir ke tempat-di mana-dia-berada dan siapa-yang-menjadi-ustadznya. Sehingga bila kita lihat di postingan setelahnya, yaitu tanggal 6 November 2015, adalah sebuah poster kajian Shift-Pemuda Hijrah. Dan tebak, banyak yang berkomentar dengan nada serupa: Di mana kajian ini, pengin datang.
Rasa bahagia akan menghasilkan sebuah candu. Barangkali karena suasana kajian di Masjid Al-Lathiif sangat sesuai dengan kaum muda, maka ‘sales’ kajian Pemuda Hijrah makin banyak dan menyebar, kabar-kabar luar biasa lainnya pun berdatangan, dimulai dari KOMPAKnya ‘geng’ motor Bandung berhijrah menjadi komunitas sosial yang selalu berada dalam medan positif; XTC Hijrah, Mooraker Syariah, dan Brigez, dan lain-lain.
Siapa aktor di balik adanya komunitas Pemuda Hijrah ini? Ialah ust. Tengku Hanan Attaki (@hanan_attaki), seorang ustadz yang memilih menjadi marginal; berada di tepian untuk merangkul anak-anak muda yang rindu pada Allah swt.; anak-anak muda yang telah lelah berada jauh dari pemiliknya yang sejati, tetapi merasa malu dan segan untuk masuk ke dalam rumahNya. Memohon ampun, Sebab sebelum Hanan Attaki, Masjid seperti khusus untuk orang-orang yang sudah suci, bukan untuk orang-orang yang ingin kembali suci; mesti untuk orang yang berkoko dan rapi, bukan untuk yang ingin merapikan hatinya. Taubat.
Maka gerakan Pemuda Hijrah hari ini menjadi dalil, bahwa setiap yang mempunyai masa lalu buruk, berhak untuk menginjakkan kaki di Masjid dan menjadi orang yang lebih baik tanpa harus meninggalkan aktivitas-aktivitas yang sebetulnya dibolehkan.
Maksudnya?
Dakwah ust. Hanan Attaki yang mudah dicerna, sangat disepakati oleh banyak hati anak muda. Sehingga kerinduan akan Masjid semakin tumbuh. Komunitas-komunitas urban dan underground kini berlabelkan hijrah, terhubung dengan Allah. Komunitas skate hijrah, komunitas BMX hijrah, BeatBox Hijrah, Graffiti hijrah, dan masih banyak lagi. Skate iya main skate, pas adzan langsung ke Masjid. Begitulah.
Kini virus kebaikan itu telah menyebar tidak hanya di Bandung saja, hampir seluruh area Jawa Barat telah punya komunitas pemuda hijrahnya masing-masing. Dibalakan oleh Ust. Hanan Attaki, muncul juga ustadz-ustadz gaul lain seperti Ust. Evie Effendi (@evieeffendie) dengan kajian GAPLEH, gaul tapi soleh dan Ust. Handy Bonny (@handy.bonny) yang rutin berkeliling Jawa Barat 7 hari 7 malam.
Dan kabar bahagianya adalah, Ust. Hanan Attaki sedang memulai program keliling Indonesia. Terjadwal untuk daerah Priangan Timur (Garus, Tasik, Ciamis, dan Banjarsari) 14 Oktober 2017 di Masjid Agung Tasikmalaya dengan rangkaian acara yang mungkin tidak terpikirkan oleh para sepuh kita.
Mari ramaikan!
“Banyak maen, banyak manfaat, banyak pahala, sedikit dosa.” []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.