AL-QURAN selalu memunculkan figur tertentu dalam setiap zamannya. Mengapa kehebatan kerajaan Babilonia, Yunani, Mesir Mecedonia, Romawi, Persia, India dan Cina tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an?
Semuanya kerajaan hebat yang dikisahkan oleh para sejarawan dan arkeolog. Namun, mengapa sepi pemberitaan di Al-Qur’an? Seolah kerajaan tersebut tenggelam, termasuk para penguasa dan tokoh-tokohnya.
Mengapa Allah swt tidak merekamnya dalam Al-Qur’an? Bukankah Allah swt Maha Mengetahui? Bukankah kehidupan di rahim yang hanya diketahui oleh-Nya dan tidak diketahui manusia justru diangkat dalam Al-Qur’an?
Dalam surat Al-Baqarah, Allah swt hanya mengambil penggalan kecil prilaku para penguasa dan tokoh-tokohnya, seperti Namrudz dan Firaun, bagaimana mereka berinteraksi dengan para Nabi dan Rasul?
Sejarawan Muslim, Abu Hasan An-Nadwi, mengupas semua peradaban yang ada sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw di buku Sirah Nabawiyahnya, dari sisi penguasa dan rakyatnya.
Ternyata, cukup terwakili dengan tokoh Namrudz dan Firaun. Ternyata cukup diwakili dengan ayahnya Nabi Ibrahim, Haman, Qarun, Ahli Sihir dan dialog-dialog yang ada. Bukankah tokoh itu mencerminkan masyarakatnya? Bukankah data sample bisa mewakili keseluruhan kondisi yang ada?
Lebih dalam lagi. Al-Qur’an memaparkan sifat musyrikin, kafirin dan munafikin untuk menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui hingga ke lubuk, pemikiran, hati dan perasaannya.
Bila membaca karakter tokoh-tokoh dan rakyat yang ditulis detail oleh sejarawan Barat tentang peradaban yang tidak ditulis di Al-Qur’an, bukankah seperti itu peradabannya? Terwakili oleh beberapa figur yang dimunculkan dan dicontohkan dalam Al-Qur’an. Inilah kemukjizatan Al-Qur’an.
BACA JUGA: Peta Wilayah Kisah-kisah di Surat Al-Baqarah
Di era sekarang, cukup dimunculkan figur rakyat Gaza untuk menggambarkan generasi terbaik. Seperti Allah swt yang hanya memunculkan satu figur di tengah lautan manusia di masa lalu.
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas seluruh alam (manusia pada zamannya masing-masing). (Āli ‘Imrān [3]:33) []