Oleh: M. Nadhif Khalyani
NABI Musa dan Nabi Harun mendapat titah untuk mendatangi Fir’aun di istananya. Dakwah harus disampaikan. Setelah dari Madyan, Nabi Musa bergegas menuju Mesir, bergerak bersama saudaranya, Harun as.
Nabi Musa membawa risalah, mengajak pada Tauhid, mengingatkan tentang siksa dan azab Nya, serta bukti nyata berupa Mukjizat, tongkat yang berubah menjadi Ular dan tangan yang bercahaya. Dua bukti nyata Mukjizat ini Allah SWT berikan untuk memperteguh Musa. (Qashashul Anbiya’ : 501)
Terjadilah dialog logika antara Fir’aun dan Musa.
BACA JUGA: Tukang Sisir Keluarga Fir’aun
Perdebatan panjang ini dimenangkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun. Semua logika, argumen Fir’aun bisa dikalahkan dengan hujjah dan akal sehat Nabi Musa.
Ibnu Katsir menyebutkan tema-tema perdebatan tersebut di buku beliau Qashashul anbiya, di antaranya tentang Rabb, ummat terdahulu, hingga Fir’aun menantang Musa untuk menunjukkan bukti bahwa beliau adalah utusan Allah SWT. Semua perdebatan dimenangkan Nabi Musa dengan argumen yang sulit dibantah.
Maka disepakatilah waktu untuk membuktikan kebenaran Musa. Nabi Musa hendak menunjukkan bukti yang nyata.
Allah SWT berfirman:
قَا لَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّيْنَةِ وَاَ نْ يُّحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى
“Dia (Musa) berkata, (Perjanjian) waktu (untuk pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari (duha).” (QS. Ta-Ha 20: Ayat 59)
Yaitu hari raya mereka dan hari libur mereka, dimaksudkan agar semua orang dapat menyaksikan kekuasaan Allah atas apa yang dikehendakiNya melalui mukjizat nabi, dan kalahnya ilmu sihir menghadapi mukjizat nabi. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Thaha : 59).
Maka hari tersebut disepakati menjadi “event resmi” yang akan membuktikan benar dan salah. Event resmi tersebut menjadi ajang “pertarungan” dua kubu, yakni Nabi Musa dan Para Penyihir Fir’aun
Singkat cerita, pada event pertarungan resmi tersebut para penyihir Fir’aun kalah. Fir’aun terpojok karena event tersebut disaksikan oleh rakyat.
Fir’aun pun berulah dan berusaha memutarbalikkan fakta…
Ibnu Katsir mengatakan Fir’aun mengucapkan kata-kata yang ia sendiri, para ahli sihir, dan semua orang mengetahui bahwa ia dusta karena dikalahkan.
إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ
“Sesungguhnya dia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kamu sekalian.” (QS. Thaha: 71)
Yaitu kalian telah belajar ilmu sihir dari Musa dan kalian telah sepakat dengannya untuk melawanku —juga rakyatku— agar kalian menampakkan kemenangan kalian terhadapku. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Thaha 71)
Tidak hanya sampai di situ, firaun mengatakan….
“Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya darinya.” (QS. Al-A’raf: 123)
Sesungguhnya kemenangan Musa atas kalian di hari kalian ini hanyalah sandiwara saja dan berdasarkan kerelaan kalian sendiri.
Nabi Musa mengetahui dan semua orang yang mempunyai pemikiran yang sehat mengetahui bahwa apa yang dikatakan oleh Fir’aun adalah suatu kebatilan yang parah, karena sesungguhnya Nabi Musa as begitu datang dari Madyan langsung menyeru Fir’aun untuk menyembah Allah.
Lalu Musa menampakkan beberapa mukjizat yang jelas dan hujjah-hujjah yang mematahkan untuk membuktikan kebenaran dari apa yang disampaikannya. Tetapi saat itulah Fir’aun mengirimkan beberapa utusannya ke pelbagai kota yang berada di bawah kekuasaannya untuk mengundang semua ahli sihir.
BACA JUGA: Umat Nabi Musa: Bagaimana Tuhan Tidak Pernah Tidur?
Kemudian Fir’aun mengumpulkan semua ahli sihir dari berbagai negeri yang tunduk pada kekuasaannya di Mesir, mereka adalah ahli sihir pilihan hasil seleksi para pemimpin dari kaum Fir’aun.
Lalu semuanya dihadapkan kepada Fir’aun, dan Fir’aun menjanjikan akan memberikan harta yang berlimpah kepada mereka. Karena itulah para ahli sihir terdorong untuk memenangkan pertandingan tersebut di hadapan Raja Fir’aun.
Nabi Musa as sama sekali tidak mengenal seorang pun dari mereka, tidak pernah pula melihatnya, dan sama sekali tidak pernah bersua dengan mereka.
Fir’aun sendiri mengetahui hal tersebut. Maka sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Fir’aun setelah semua jagonya kalah hanyalah semata-mata menutupi kekalahannya di mata rakyatnya dan orang-orang yang tidak mengerti dari kalangan kaumnya. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al A’raf 123)
Fir’aun secara ‘de facto’ kalah dalam event terbuka yang disaksikan rakyatnya sendiri. Namun kesombongan dan kekufurannya telah membutakan mata hatinya.
Pasca kekalahan dalam event terbuka tersebut, sikap Fir’aun tidak berubah, bahkan semakin memusuhi Nabi Musa dan Bani Israil.
Fir’aun mendengarkan hasutan para pembesar pembesar nya untuk menyiksa Musa dan bertindak semakin brutal. (Qashashul Anbiya : 521)
Kemudian Allah SWT turunkan bencana dan hukuman pada Fir’aun dan para pendukungnya berupa kekeringan, packlik, topan, serangan belalang, katak hingga darah (minuman berubah menjadi darah).
Namun Fir’aun tetap dalam kekafirannya dan justru membuat fitnah baru, yakni
{يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ}
“Mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya.” (QS. Al-A’raf: 131)
Maksudnya, hal tersebut terjadi karena ulah Musa dan para pengikutnya serta apa yang dibawa oleh mereka. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al A’raf 131)
Rupanya sudah menjadi tabiat penguasa zalim ini, kekalahan tidak membuatnya mau menyadari. Bencana juga tidak membuatnya mau bertobat. Bahkan dengan ringan membuat fitnah dan memutarbalikkan fakta.
Para pembesar di negeri itu berkata kepada Fir’aun.
{أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ}
“Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya.” (QS. Al-A’raf: 127)
Artinya, apakah engkau biarkan mereka menimbulkan kerusakan di bumi, yakni merusak rakyatmu dan menyeru mereka untuk menyembah Tuhan mereka, bukan menyembah kepadamu? Alangkah mengherankannya, mengapa mereka merasa khawatir Musa dan kaumnya akan menimbulkan kerusakan.
Bukankah sebenarnya Fir’aun dan kaumnyalah orang-orang yang membuat kerusakan itu, tetapi Fir’aun dan kaumnya tidak merasa, bahwa diri mereka sebenarnya adalah para perusak? (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al A’raf 127)
Demikianlah hoaks dan pemutarbalikan fakta yang dilakukan Fir’aun dan para pendukungnya.
BACA JUGA: Inilah Orang yang akan Dikumpulkan dengan Fir’aun dan Qorun
Mereka terlalu kuat, dan Nabi Musa beserta kaumnya adalah kelompok yang lemah.
Puncak dari semua kondisi ini adalah eskalasi penindasan semakin meningkat, Nabi Musa dan kaumnya memutuskan ”turun ke jalan” melarikan diri, meninggalkan Mesir.
Rupanya keputusan ini membuat Fir’aun semakin kalap, dia kerahkan 1.600.000 tentara untuk memburu Nabi Musa dan kaumnya.
Pertarungan dalam “event resmi” tidak membuat Fir’aun beriman dan mengakui kekalahannya, maka jalanan menjadi takdir yang mengubah jalan cerita Nabi Musa.
Hingga dipuncak ketidakberdayaannya di jalan “buntu” itu, Allah SWT turunkan Mukjizat yang tidak pernah disangka siapapun.
Laut terbelah, dan Firaun musnah. []
SUMBER: KONSULTASI RUQYAH