JAKARTA—Maraknya aksi terorisme yang terjadi akhir-akhir ini membuat berbagai pihak terenyuh. Bukan saja memakan korban jiwa, kenyataan yang menambah rasa miris kita adalah aksi terorisme kali ini dilakukan oleh kedua orangtua yang membawa ikut serta anak-anaknya.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo sebagai organisasi profesi guru mengatakan, anak-anak sudah menjadi target indoktrinasi radikalisme yang berujung pada perilaku terorisme.
“Tentu fenomena ini sungguh di luar nalar dan melukai perasaan kita sebagai pendidik, khususnya FSGI,” katanya kepada Islampos.com di Jakarta Senin (21/5).
Oleh karena itu, Heru menjelaskan dalam rangka bersama-sama dengan pemerintah, untuk membangun strategi kontraradikalisme dan deradikalisasi di dunia pendidikan khususnya di sekolah, dari hasil kajian dan diskusi bersama, FSGI memberikan beberapa catatan penting dan mendesak.
“Pertama, kekerasan dalam bentuk apapun semestinya tidak lagi terjadi dimasyarakat, apalagi di dunia pendidikan,” pungkasnya.
Heru menuturkan Ideologi radikalisme, yang berujung dengan aksi kekerasan berawal dari cara pandang yang tidak menghargai perbedaan.
“Merasa bahwa pendapatnya, diri atau kelompoknya yang paling benar dan anti terhadap pluralitas,” jelasnya.
Dirinya juga mengungkapkan, bahwa bibit-bibit radikalisme sudah tumbuh sejak dini di sekolah melalui pendidikan. Pembelajaran di kelas yang tidak terbuka terhadap pergulatan pendapat dan cara pandang. []
Reporter: Rhio