FUDLAIL bin Iyadh adalah penjahat ulung, maling dan juga perampok. Bersama komplotannya ia sering menjarah harta dan korban jiwanya.
Suatu hari rombongan kafilah yang akan lewat kepergok Fudlail yang sedang tiduran dengan menumpangkan kepalanya di atas pangkuan anaknya. Mereka lalu berhenti untuk berunding tentang apa yang harus diperbuat menghadapi ancaman Fudlail dan kawan-kawan.
BACA JUGA: Menjemput Hidayah
“Panah saja dia. Jika berhasil, kita bisa meneruskan perjalanan, jika tidak kita harus kembali,” kata salah seorang.
Maka salah seorang lalu melepaskan anak panahnya ke arah Fudlail disertai ayat 16 Surah al-Hadid yang artinya, “Belumkah datang bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?”
Meski panah itu tak mengenai dirinya, Fudlail yang mendengar ayat itu lalu menjerit dan tersungkur pingsan. Anaknya yang menyaksikan kejadian itu mengira bahwa ayahnya benar-benar terkena panah.
“Aku terkena panah Allah,” katanya.
Salah seorang lagi lalu menyusul melepaskan anak panah sambil mengucapkan ayat 50 Surah adz-Dzariyat yang artinya, “Maka segeralah kembali kepada mentaati Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dan Allah untukmu.”
Begitu mendengar ayat itu, Fudlail menjerit agak keras lagi. “Aku terkena panah Allah lagi.”
BACA JUGA: Hidayah Allah bagi Manusia Bengis
Panah ketiga pun dilepas diiringi ayat 54 Surah az-Zumar yang artinya, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu hingga kamu tidak bisa ditolong lagi.”
Mendengar ayat peringatan itu, Fudlail menjerit lebih keras lagi. Kepada anak dan kawan-kawannya ia berkata, “Pulanglah kalian. Aku telah menyesali perbuatanku. Aku telah terkena panah Allah. Mulai saat ini aku akan menghentikan seluruh perbuatan jahatku,” katanya.
Sejak itu, Fudlail benar-benar bertaubat dan menjadi muslim yang taat. []