KEMARIN malam, saat bermain futsal bersama rekan-rekan di kantor, dua kali saya mengasari seorang anak di tim lawan. Beruntun. Dia mengaduh sakit. Berteriak keras. Beberapa rekannya berteriak ke arah saya.
Sambil tersenyum, saya menukas, “Sengaja.” Bahkan kemudian, teman-teman satu tim anak itu—yang usianya 20 tahun lebih muda daripada saya, tidak satu orang pun membela anak itu.
BACA JUGA: Anak yang Bertahan Hidup
Ya, saya sengaja mengasari anak itu. Pasalnya, nyaris sepanjang tahun setiap pekan ketika bermain futsal, anak ini selalu bermain brutal. Kasar. Hajarannya selalu berujung luka atau cedera orang lain. Selama itu, tak pernah ada orang yang berbicara kepada dia soal itu.
Sekalinya, ada orang yang mengasari dia, dia balik mengasarinya dengan lebih kasar lagi.
Setelah yang dikasari terjatuh, dia minta maaf. Tapi, setelah itu, dia kembali bermain sangat horor. Begitu seterusnya. Horor, minta maaf. Kasar, minta maaf. Brutal, minta maaf. Saya melihat dia merasa benar dengan perbuatannya itu karena kemudian dia akan minta maaf setelah mengasari tim lawan.
Dia seperti punya pola, bahwa dengan minta maaf, semua urusan akan selesai. Hajar dulu, urusan lain belakangan.
Futsal, atau olahraga apapun lainnya, mengajarkan kita untuk berbudi pekerti luhur. Apalagi ini cuma futsal teman sekantor yang notabene orang yang kita kenal, dan atau ada orang-orang yang harus kita hormati, baik karena posisi pekerjaan atau karena usia.
BACA JUGA: Utang 35 Juta
Seusai pertandingan, saya tidak tahu apa yang ada di pikiran anak itu. Saya mengajaknya berbicara, bahwa orang bermain futsal di sini untuk bisa sehat lahir dan batin. Dengan cara bermain (sebenernya lebih tepat cara dia bersikap karena dia punya modal minta maaf), dengan begitu, sudah mencederai orang—baik lahir dan batinnya.
Banyak orang yang sakit karena dia. Rugi banget, kalau usai bermain futsal, besoknya kita malah tidak bisa masuk kerja, tidak bisa beraktivitas, dan sebagainya. Sakit di badan, bisa hilang beberapa jam. Tapi sakit di jiwa, akan terus membekas sepanjang ingatan.
So, happy futsal, everyone! []