DOHA–Kabar mengejutkan datang dari dunia bisnis. Jelang pertemuan OPEC di markas besarnya di Wina, Austria, pada 6 Desember mendatang, negara Qatar justru menarik diri dari OPEC.
Menurut Menteri Energi Qatar, Saad al-Kaabi, negaranya akan menarik diri dari OPEC terhitung 1 Januari 2019. Keputusan ini mengakhiri keanggotaan Qatar selama 57 tahun. Qatar sendiri bergabung dengan OPEC pada 1961, setahun setelah organisasi ini berdiri.
Baca Juga: Qatar: Kami akan Selalu Berupaya Ringankan Penderitaan Warga Palestina
Saad al-Kaabi menambahkan, keputusan negaranya keluar dari OPEC tidak ada kaitannya dengan boikot politik dan ekonomi yang telah berlangsung 18 bulan yang dilancarkan Arab Saudi. Ia menjelaskan, keputusan keluar dari OPEC untuk meningkatkan strategi jangka panjang dan kedudukan Qatar di kancah global.
Qatar sendiri merupakan produsen minyak terkecil di OPEC, bila dibandingkan dengan “sang pemimpin” Arab Saudi. Negara Teluk tersebut memproduksi minyak mentah sekitar 600.000 barel per hari. Namun, negara beribukota Doha itu dikenal sebagai salah satu penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia.
Baca Juga: Emir Qatar Tegaskan Akhiri Penjajahan Israel di Palestina
Keputusan Qatar keluar dari OPEC mengejutkan dan menjadi pemberitaan media massa internasional.
“Keputusan Qatar menarik diri dari OPEC sangat mengejutkan, (meski bukan produsen utama) tapi keputusan ini berdampak signifikan terhadap pasar minyak,” ujar Peter Kiernan, analis energi utama di Economist Intelligence Unit kepada CNBC.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan anggota non-OPEC yaitu Rusia berencana mengadakan pertemuan di Wina, Austria, pada Kamis pekan ini. Pertemuan tersebut bertujuan mencapai kesepakatan dalam rencana pemangkasan produksi demi mendongkrak harga minyak. []
SUMBER: CNBC