Oleh: Rohmat Saputra
Penulis, Anggota Kelas Menulis Islampos
TERDAPAT kisah seorang pria yang kagum dengan kecantikan dan keanggunan seorang wanita. Hatinya telah tertawan dengan pesonanya yang bak bidadari syurga. Pria itu mendatangi ayahnya dan berkata, “Wahai ayah, aku ingin menikahi seorang wanita cantik nan jelita.”
Ayahnya senang dan menjawab keinginan anaknya, “Dimana wanita itu, agar aku lamarkan untukmu?”
Setelah ayah pria itu melihat wanitanya, tiba-tiba ayahnya terkagum-kagum dengan pesonanya. Lantas berkata kepada putranya, “Aku akan menikahi wanita itu, karena ia tak cocok untukmu. Seharusnya ia untuk pria yang berpengalaman dan pintar sepertiku”.
Anaknya tidak terima, “Tidak wahai ayah, dia untukku bukan untukmu.” anak dan ayah ini pun beradu mulut hingga memutuskan agar mendatangi kantor polisi. Setelah mendengar penyebab pertengkaran itu, polisi meminta untuk mendatangkan wanita yang katanya cantik jelita.
Alangkah takjubnya ketika polisi melihat wanita tersebut datang. dia berkata kepada si anak dan bapak, “Wanita itu tidak pantas untuk kalian, dia sesuai untuk orang yang berkedudukan tinggi sepertiku.”
Bertengkarlah tiga orang itu dan saling menjatuhkan satu dengan lainnya. Berita pertengkaran terdengar sampai ke menteri. Menteripun mencoba menengahi dengan mendatangkan sang wanita itu.
Ketika melihatnya, terpesonalah sang menteri kepada wanita tersebut. Ia berkata, “Dia tidak cocok untuk kalian yang hanya rakyat, ia hanya cocok untuk menteri-menteri sepertiku saja. Pertengkaran pecah seperti sebelumnya. kini jumlahnya makin banyak. Akhirnya pemimpin negeri itu turun tangan mengatasi masalah rakyatnya dengan cara yang sama. Mendatangi wanita itu. Saat melihatnya pemimpin negera langsung jatuh hati dan ingin melamarnya pula. Pertengkaran terjadi lagi demi memperebutkkan si wanita.
Akhirnya wanita itu memberi solusi untuk mengakhiri pertengkaran mereka. Ia berkata, “Kejarlah aku, jika ada yang mampu memegangku, berarti ia milikku dan punya hak menikah denganku. “
Mereka setuju.
Semuanya mengejar wanita itu, saling sikut, tak ada yang mau mengalah. Kemudian tiba-tiba mereka semua terpeleset dan masuk pada sebuah lubang yang dalam. Wanita yang dikejar tadi tidak terpeleset dan berkata dari atas lubang, “Tahukah kalian siapa aku sebenarnya?” Aku adalah dunia yang semua manusia mengejarku sampai lupa segalanya. Bahkan sampai meninggalkan agama demi mendapatkanku. Mereka tidak akan puas mengejarku sampai maut datang dan masuk ke lubang kubur”.
“Dan perlu kalian tahu,”lanjut si wanita “Kalian tidak akan pernah mendapatkanku meski terus berusaha”
Demikianlah hakikat dari dunia. Semaksimal apapun kita kejar ia seakan terus menjauh. Ibarat orang yang mengejar bayangannya sendiri. Dikejar sekuat tenaga bayangan itu tidak bisa ditangkap. Malah saat tak dikejar dan berjalan menjauhinya, bayangan tersebut justru mengikuti.
Memang secara kasat mata dan hitung-hitungan manusia, jika bekerja siang malam maka pemasukan akan tambah hartapun akan melimpah. Tapi apakah setelah mendapatkannya nafsu akan puas? Tidak. Meskipun kita punya emas satu pulau pasti kita ingin emas lebih banyak lagi.
Rosulullah telah menyebutkan perihal ini sejak berabad-abad yang lalu,
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Jujur saja, susah kita menganggap perhiasan dunia hari ini tidak cantik, indah dan mempesona. Jika diberi eletronik keluaran terbaru satu saja pasti pada berebut walaupun terkadang harus memenuhi berbagai syarat yang merepotkan. Ditempat lain ada pula rela mengantri panjang dan berhari-hari demi mendaftar ke salah satu ajang agar di kenal dan bisa mudah mengumpulkan uang.
Padahal tak sedikit saat seseorang sudah mendapatkan apa yang diinginkan dari dunia, yang terjadi adalah kehampaan hati. Tidak ada kebahagiaan didalamnya meski secara fisik terlihat senang. Seperti salah seorang miliarder yang akhirnya melakukan bunuh diri. Alasannya sangat sepele. Semua sudah tak ada yang tak ia dapatkan. Apa yang di inginkan selama ini telah tersedia. Akhirnya ia pun menghabisi nyawanya.
Sebab lahir dari persepsi bahwa kebahagiaan itu bersumber dari harta dan kedudukan, maka setelah mendapatkannya seakan sudah tak ada lagi kebahagiaan yang dicapai. Menganggap ia telah berada di puncak kesenangan, padahal sebenarnya masuk pada jurang kebodohan dalam memandang kebahagiaan.
Pernah ada salah seorang yang sholeh bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seorang pemburu sedang memburu rusa. Ketika hampir dapat, muncul singa besar menerkam dan membunuh pemburu itu. Rusa berhenti dan melihat pemburu yang terbunuh. Kemudian ada pemburu lainnya mengejar rusa itu. Saat hampir mendapatkannya, ternyata singa lebih cepat larinya, menerkam pemburu itu dari belakang. Muncul pemburu ketiga. Kejadiannya sama sebagaimana sebelumnya.
Lelaki yang bermimpi itu menyaksikan hingga ada seratus orang mengalami hal yang sama. Ia pun berkata, “Kejadiannya sungguh menakjubkan”.
“Apanya yang menakjubkan?
“Atau tahukah kau siapa aku dan siapa sebenarnya rusa itu?” Tanya sang singa.
Lelaki tersebut menjawab, “Aku tidak tahu.
“Aku adalah malaikat maut, kata Singa, “sedang si rusa” Katanya lagi, “dia adalah dunia, dan para korban itu adalah orang-orang yang hendak mengejarnya. Aku terus membunuh satu demi satu sampai orang terakhir dari mereka.
Itulah dunia. Setinggi apapun yang kita impikan dan kita kejar dari rencana dunia, bisa jadi terhenti karena kematian. Umur kita terlalu jauh untuk menikmatinya, sedangkan takdir kematian terlalu dekat untuk menyabut nyawa kita. Terkadang seseorang membangun rumah bertahun-tahun dengan niatan nanti bisa menikmatinya. Tapi ternyata yang menempatinya bukan dirinya, tapi ahli warisnya, karena maut lebih cepat menjemputnya. []