BANTEN–Gunung Anak Krakatau (GAK) mengalami pengurangan dari semula 338 meter menjadi 110 meter. Temuan ini disampaikan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sabtu (29/12/2018).
Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan, volume gunung tersebut juga menyusut, yakni dari yang diperkirakan sebesar 250 juta meter kubik menjadi sekitar 40-70 juta meter kubik.
BACA JUGA: BNPB: Erupsi Anak Krakatau Tak akan Sebabkan Bencana Sebesar Kejadian di Tahun 1883
“Yang hilang kan sekitar 150 juta, pokoknya bentuk gunungnya begitu dikurangi bentuk sekarang jadi yang hilang kira-kira 150 sampai 180 juta meter kubik. Hanya kita enggak tahu cara hilangnya sekaligus atau enggak,” kata Anytonius di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
Dia yakin penyusutan itu tidak terjadi sekaligus. “Musti melorot itu, mungkin waktu ada abu itu. Kira-kira (volume) tadinya 250 juta meter kubik. Sekarang tinggal 50, berarti seperlimanya lah atau 25 persen lah paling banter,” ujar pria yang akrab disapa Purbo itu.
Meski mengalami pengurangan cukup signfikan namun hal itu bukan menjadi bukti autentik bahwa longsoran lereng Krakatau pasti menyebabkan tsunami, sebagaimana yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu. Sebab, longsoran Gunung Anak Krakatau terus terjadi akibat aktivitas vulkanik dalam gunung tersebut yang tidak pernah berhenti.
“Bukan berarti kalau enggak ada tsunami itu enggak ada longsoran. Ya ada saja, tapi mungkin volumenya tidak mampu untuk memicu tsunami. Tapi longsoran terjadi terus ya namanya lereng, tidak cukup besar. Tapi kita harus konfirmasi apakah betul longsoran itu akibatkan tsunami. Bukti-bukti di lapangan belum ada,” ujarnya.
BACA JUGA: Rekam Jejak Kedahsyatan 3 Krakatau di 3 Zaman
Meskipun saat ini tinggi dan volume Gunung Anak Krakatau mengalami penyusutan aktivitas erupsi vulkaniknya, namun, dia menegaskan, hal itu tidak akan menjadikan Gunung Anak Krakatau hilang.
“Dari pengalaman tidak pernah sampai hilang. Dulu lahir 1927 mulai aktif. Muncul di permukaan kira-kira 1929. Setelah muncul dari sejarah tidak pernah turun lagi sampai di bawah permukaan laut. Kalau turun lagi senang lah gunungnya hilang satu,” ujarnya. []
SUMBER: VIVA