DALAM menjalankan kehidupan ini, tak selamanya kita merasa senang dan dalam keadaan nyaman. Pasti akan selalu ada saat-saat di mana kita berada pada titik kejenuhan. Dalam kondisi inilah banyak dari kita yang frustasi atau menurut bahasa gaulnya dikenal dengan istilah “galau”.
Penyakit seperti itu yang sering menyerang para remaja masa kini. Mereka selalu mengingat-ingat seseorang yang memang berpengaruh terhadap kehidupannya. Baik itu, kedua orang tuanya, sahabat dekatnya, saudara-saudaranya, bahkan seseorang yang memang belum menjadi miliknya.
Ketika seseorang merasakan jatuh cinta, terutama kepada lawan jenis, pasti memikirkannya adalah hal yang selalu dilakukan. Mengingatnya menjadi suatu penyakit yang cukup membahayakan kelangsungan hidupnya. Kondisi seperti ini, membuat galau dan bukan hanya jiwanya yang terganggu, kesehatan raganya pun akan mengalami sakit jika terus berserang ingatan terhadap seseorang itu dalam benaknya. Lalu, bagaimana solusinya?
Ibnu Aun RA memberikan solusi tentang masalah ini. Menurutnya, “Mengingat manusia adalah penyakit, dan mengingat Allah adalah obatnya,” (Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah fin Naqdi wal Hukmi ‘alal Akharin, oleh Hisyam bin Ismail As-Shayan, hal. 73).
Jadi, ketika kita memikirkan seseorang yang memang mengganggu diri kita, maka mengingat Allah adalah solusinya. Kita harus ingat bahwa Allah-lah yang memberi rasa cinta pada diri kita. Dan untuk mengatasinya, kita kembalikan lagi kepada-Nya. Kita pasrahkan perasaan itu kepada-Nya dengan meyakini bahwa Dia pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Mengingat seseorang boleh saja, tapi jangan sampai berkelanjutan hingga menganggu aktivitas kita. Cukuplah mengingatnya sebentar dan kita kembalikan ingatan kita kepada Allah. Hilangkan ingatan itu hanya dengan mengingat Allah. Lambat laun, kita akan mulai terbiasa kembali menjalani kehidupan dengan baik tanpa ada gangguan dalam pikiran kita. []
Referensi: Ensiklopedi 1000 Nasihat Para Ulama/Karya: Mubasysyiroh Binti Mahrus Ali/Penerbit: Zam Zam Mata Air Ilmu