PALESTINA—Jalur Gaza dilaporkan telah mengalami kondisi yang terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Warga Gaza harus berjuang melawan blokade dan pencemaran lingkungan yang bisa merugikan kesehatan.
Menurut laporan MINA pada Sabtu (8/7/2017), 100 ribu meter kubik limbah mentah dibuang ke laut sekitar Gaza setiap harinya.
Di samping itu, Gaza juga telah menderita kekurangan listrik kronis sejak satu-satunya pembangkit listriknya dibom oleh Israel pada tahun 2006.
Kemudian Israel memberlakukan blokade ekonomi yang terus berlanjut dan dirasakan berat di wilayah tersebut setahun kemudian. Blokade membatasi impor bahan bakar dan menghambat perbaikan infrastruktur listrik yang hancur dan rusak selama serangan militer penjajah Israel berturut-turut.
Pembangkit listrik Gaza ditutup seluruhnya pada bulan April tahun ini, dan pemerintah penjajah itu mengurangi pasokan listrik ke Gaza pada awal Juni 2017. Menurut kelompok HAM, itu adalah pelanggaran hukum kemanusiaan internasional. Listrik yang saat ini (Juli 2017) tersedia di Jalur Gaza kurang dari tiga jam per hari.
Hasil dari kondisi itu, antara lain sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari di Gaza. Tidak ada daya listrik yang cukup untuk menjalankan fasilitas pengolahan limbah di wilayah ini. Mesin desalinasi yang menyediakan air minum di Gaza, juga beroperasi pada kapasitas yang berkurang secara signifikan.
Hiba Al-Ashi harus menjaga jendela apartemennya agar tetap tertutup. Ini adalah satu-satunya cara untuk menghindari bau busuk dari laut yang tercemar.
“Hidup telah menjadi tak tertahankan,” kata ibu berusia 36 tahun yang rumahnya di Gaza menghadap ke Laut Mediterania. []