SAHABAT Islampos, Andalusia di masa kekuasaan Islam, termasnyur dengan keindahan dan kemakmurannya. Baik dari arsitektur, maupun  gaya busananya. Lantas, bagaimana gaya busana wanita Andalusia kala itu?
Salah satu literatur tentang gaya busana masyarakat Andalusia adalah artikel yang dibuat Lady Violante de San Sebastian berjudul Costumes of all Andalus. Dia mengungkap tentang keragaman gaya busana di Andalusia.
Dia menyebut keragaman corak busana menyiratkan kemasyhuran Islam di bawah Dinasti Umayyah di Andalusia. Adapun, terkait gaya busana wanita Andalusia, Lady Violante de San Sebastian menggungkapkan bahwa kaum wanita bangsawan tidak terlampau banyak corak dan ragam busananya.
BACA JUGA:Â 8 Syarat Busana Muslimah
Menurutnya, saat itu sebagian besar wanita kelas atas mengenakan cadar. Pakaian mereka terdiri atas jilbab serta mantel.
Mereka juga memakai aksesori untuk mempercantik diri. Semisal cat hiasan di tangan atau henna dan maskara atau kohl. Hadir pula lipstik, aneka jenis parfum dan pewangi tubuh. Sementara masyarakat biasa memiliki jenis busana tersendiri.
Pakaian paling umum, yakni semacam mantel yang disebut zihara. Di dalamnya, mereka mengenakan tunik, pakaian dalam, juga celana panjang. Busana-busana itu tersedia dengan corak warna-warni. Aksesorinya adalah syal untuk melindungi leher dari hawa dingin.
Sementara itu, di kalangan pendatang, terutama kelompok Barber dari Afrika Utara, mantel atau jubah menjadi busana utama. Kelompok ini merupakan komunitas kedua terbesar setelah warga Arab Muslim.
Turban atau penutup kepala tak ketinggalan melengkapi busana harian. Itulah yang menjadi ciri khas kaum Barber hingga mereka mudah dikenali. Sedangkan aspek ketiga, menurut Lady Violante, adalah dari kalangan non-Muslim, yakni Nasrani dan Yahudi.
Mereka kerap disebut dhimmi atau kaum ahlul bait. Meski berbeda keyakinan, busana mereka tidak jauh beda dengan yang dipakai warga Arab Muslim. Akan tetapi, berdasarkan aturan, mereka tetap harus dibedakan.
Kaum Nasrani dan Yahudi harus memakai ikat pinggang berwarna khusus atau zunnar. Ini agar status mereka cepat dikenali. Adapun bagi golongan agamawan mengenakan pakaian tunik yang bernama misha.
Umat Muslim juga telah membedakan busana untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Ehsan Massod menguraikan, jenis ataupun bahan busana, berbeda antara saat musim panas dan musim dingin.
BACA JUGA:Â Tips Berbusana bagi Muslimah yang Berkarier di Luar Rumah
Dalam buku Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern dinyatakan, ketika musim panas, yang paling populer, yakni pakaian terbuat dari bahan katun dan sutera berwarna cerah. Adapun pakaian berbahan wol tebal warna-warni betebaran di musim dingin.
Lady Violante mencatat, bagi pria Muslim masa itu mengenakan penutup kepala seperti keharusan. Jadi, tidak hanya dipakai hakim, ulama, bangsawan, atau kaum Barber. Turban itu tidak begitu besar, berupa ikatan kain berwarna putih.
Bahan kain turban terbaik kebanyakan didatangkan dari Baghdad. Dikenal dengan nama qalansuwa. Bahannya berupa campuran sutera dan linen, dan berhias sejumlah ornamen. Aksesori pelengkap lain adalah sepatu, sandal, dan sepatu tinggi dari bahan kulit. []
SUMBER: IHRAM