ABU Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu juga digelari atau diberi gelar lainnya. Gelar Abu Bakar itu ada yang Allah Ta’ala memberinya gelar dan ada juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memberinya. Subhanallah.
Bagaimana mulia dan agungnya seseorang yang menggelarinya adalah Allah Ta’ala melalui ayat-ayatnya. Ini bukan hanya sekadar gelar, tapi juga adalah tazkiyah, kesaksian pengakuan akan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di antara gelar Abu Bakar ash-Shiddiq :
Gelar Abu Bakar yang Pertama, Al-‘Atiq
Al-‘Atiq artinya orang yang dibebaskan dari api neraka
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang memberinya laqab atau gelar ini. Sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar: “Engkau adalah ‘atiqullah (orang yg dibebaskan Allah dari api neraka).”
Dalam riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata (yang artinya), “Suatu ketika, Abu Bakr masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda kepadanya, ‘Bergembiralah engkau wahai Abu Bakr, engkau ialah orang yang dibebaskan oleh Allah dari api neraka.”
BACA JUGA: Abu Bakar, Sebelum Masuk Islam
Abu Bakar masih berjalan di muka bumi, tapi sudah dijamin oleh Allah di atas langit yang ketujuh sana bahwa dia terbebas dari api neraka. Ini jaminan dari Allah, berarti dia sudah dijamin masuk surga. Allahu akbar. Semenjak hari itu, ia diberi gelar ‘Atiq atau ‘Atiqullah.
Tentu gelar ini tidak didapat begitu saja oleh Abu Bakar. Gelar itu tentu dia dapat dengan perjuangan, pengorbanan, bagaimana tidak dia mendapat kedudukan yg tinggi, dijamin oleh Allah dibebaskan dari api neraka, dia belum wafat.
Dialah yang mengorbankan segala yg ia miliki untuk menegakkan agama Allah. Dia orang yang pertama dakwah di jalan Allah setelah Rasulullah, dia pula orang yg pertama disiksa, disakiti di jalan Allah. Oleh karena itu dia mendapatkan kedudukan yg layak. Seseorang mendapatkan kedudukan sesuai yg jerih payah dan kerja keras dia.
Gelar Abu Bakar yang kedua yakni Ash-Shiddiq.
Abu Bakar ash-Shiddiq, ini gelar yang paling terkenal. Rasulullah memberinya gelar sebagaimana di dalam hadits Bukhari, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Suatu hari Rasulullah mendaki gunung Uhud, bersama beliau ada Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman. Tiba-tiba gunung tersebut bergetar seperti gempa. Maka Rasulullah berkata kepada gunung uhud “Tenanglah/diamlah wahai gunung Uhud sesungguhnya yg sedang berada di atasmu sekarang adalah seorang nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid.”
Shiddiq di sini maksudnya adalah Abu Bakar, dan dua orang syahid maksudnya adalah ‘Umar dan ‘Utsman. Karena ‘Umar itu wafat karena dibunuh, ditikam oleh Abu Lu’lu’ al-Majusi ketika sedang shalat shubuh. Kematian atau meninggalnya ‘Umar ibn al-Khattab sampai hari ini dijadikan orang Iran sebagai hari raya bergembira krn kematian umar.
Orang syi’ah sangat membenci ‘Umar, padahal ‘Umar dikatakan oleh Rasullah shallalahu ‘alaihi wasallam sebagai syahid, hadits shahih riwayat Bukhari. Syahid jaminannya surga, bahkan mati syahid itu adalah jalan pintas menuju surga. Begitu juga ‘Utsman yg dituduh oleh sebagian orang sebagai pemimpin yang KKN.
Sebagian celaan orang. Ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menjamin dia sebagai seorang syahid yang dijamin surga. Maka sungguh merugi yang tidak mengenal kedudukan para sahabat nabi karena mencintai sahabat nabi adalah tanda keimanan, salah satu tanda mencintainya adalah mengenal kedudukan mereka, mengetahui posisinya,derajatnya di sisi Allah dan Rasulnya. Jadi, kedudukan paling tinggi di sisi Allah adalah Nabi dan Para rasul, setelah itu ash-Shiddiq, setelah itu syuhada’ dan baru setelah itu orang-orang shaleh.
Karena itu Allah menjelaskan dalam Quran Surat An-Nisa’ ayat 69 :
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Ash-shiddiq itu adalah kedudukan yang tertinggi, oleh karena itu Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah manusia paling mulia setelah para Nabi dan para Rasulullah
Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu digelari ash-Shiddiq karena beliau banyak membenarkan, shiddiq artinya banyak membenarkan, membenarkan Rasulullah, apa saja yg rasulullah ucapkan, ia benarkan. Bagi dia,motto dia adalah, “Kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar sudah mengatakannya,pasti benar. Kalau Rasulullah mengucapkannya, pasti benar.” Itu saja. Orang lain mungkin berpikir, menimbang perkataan nabi, mengukur perkataan nabi. Tetapi tidak bagi Abu Bakar ash-Shiddiq. Kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah mengatakannya pasti benar.
Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan dalam kisah Isra’ dan Mi’raj. Tatkala Nabi di-isra’kan dari Makkah ke Masjidil Aqsha, keesokan harinya manusia/kaum musyrikin sibuk memperbincangkannya seolah mereka tidak percaya, ada segelintir orang yang murtad seketika itu,seolah-olah tidak percaya.
Masa’ dalam satu malam, orang menempuhnya dalam sebulan perjalanan, Rasulullah mengaku pergi ke Masjidil Aqsha hanya dalam satu malam, naik ke langit ketujuh, shubuh sudah balik. Di zaman sekarang yang sudah canggih katanya orang bisa berwisata pergi ke luar angkasa, tidak ada yg percaya orang sampai ke langit,apalagi sampai ke langit ke tujuh.
BACA JUGA: Penghormatan dan Tangisan Abu Bakar pada Jenazah Rasulullah
Orang-orang yang murtad itu padahal dulu beriman keapada percaya kepada Nabi, tapi ketika peristiwa Isra’ menjadi filter, penyaring, siapa yg betul-betul beriman, dan keimanannya di tepi jurang, yang rapuh. maka datanglah orang kuffar Quraisy menemui Abu Bakar seolaholah mereka dapat senjata untuk mengembalikan Abu Bakar agar mendustai temannya, yakni Nabi Muhammad.
Mereka berkata kepada Abu Bakar, ”Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu, temanmu itu Muhammad itu, mengaku bahwa dia telah diperjalankan tadi malam ke Baitil Maqdis, apakah engkau percaya,lihat omongannya?”
Apa tanggapan dan sikap Abu Bakar? Sikap seorang mukmin, pertama dia tasabbut tanya dulu,apa benar Nabi mengatakannya, Bisa jadi mereka berdusta atas nama Nabi. Apa kata Abu Bakar? “Apakah dia benar telah mengatakannya?”
Mereka menjawab, “Ya benar,Muhammad telah mengatakannya.”
Jawab Abu Bakar,”Kalau sudah jelas shahih hadits….” []
SUMBER: RAMAZIANA