Sebanyak 90 persen dari 2,26 juta warga Catalunya yang memberikan suara dalam referendum, memilih untuk merdeka dari Spanyol.
Carles Puigdemont, pemimpin Catalan, mengumumkan dalam sebuah pernyataan di televisi bahwa Catalunya telah mendapatkan hak untuk menjadi negara merdeka dan hasilnya akan disahkan parlemen daerah dalam beberapa hari mendatang.
“Dengan harapan dan penderitaan ini, warga Catalunya telah memenangkan hak atas negara merdeka dalam bentuk sebuah republik,” ujar Puigdemont, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (2/10/2017).
Jumlah itu mewakili sekitar 42,3 persen dari jumlah total pemilih Catalunya yang mencapai 5,34 juta. Pejabat setempat mengatakan 770 ribu suara hilang karena gangguan di tempat pemungutan suara oleh polisi Spanyol.
Puigdemont juga mengatakan bahwa Uni Eropa tak bisa lagi terus mengabaikan hasil referendum Catalunya.
Dalam referendum yang digelar, Pejabat Catalan mengatakan lebih dari 800 orang terluka akibat bentrokan dengan polisi anti huru-hara.
Di lain pihak Pemerintah Spanyol menegaskan bahwa surat suara tersebut tidak memiliki status hukum, karena diblokir oleh Mahkamah Konstitusi Spanyol yang memutuskannya bertentangan dengan konstitusi 1978.
Pada Ahad, (1/10/2017) siang, Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan polisi telah menutup 79 dari 2.315 tempat pemungutan suara yang disiapkan untuk referendum tersebut.
Sementara Pemerintah Catalan melaporkan bahwa terlepas dari upaya tekanan aparat polisi, pemungutan suara telah berlangsung di 96 persen tempat pemungutan suara.
Catalunya merupakan daerah yang kaya dengan pusat bisnis, keuangan, olah raga, dan seni. Mereka merasa berbeda dengan Spanyol dan ingin mengelola daerah mereka sendiri.
Selain itu, pendapatan pajak yang cukup besar telah disetorkan kepada pemerintah pusat di kota Madrid, ibukota Spanyol, dan kurang terasa efeknya bagi kesejahteraan warga Catalunya. []