DUNIA ini memang terlihat begitu indah dan menarik bagi kita, hingga sulit untuk dilewatkan begitu saja. Gemerlap dunia telah membutakan mata hati kita. Hati kita telah tertutup oleh angan-angan yang ditawarkan dengan begitu indahnya. Kita pun tergiur akan hal itu, hingga rela melupakan tujuan hidup kita dan berlayar di dunia dengan melupakan bantuan cahaya petunjuk kehidupan (al-Qur’an dan as-Sunnah).
Sering sekali manusia tertipu oleh dunia. Dia yakin akan mendapat segala hal yang dia inginkan di dunia ini. Tapi, ternyata, tidak demikian. Bila kita mengejar dunia, kita tidak akan pernah merasa puas. Karena apa? Dunia itu bagaikan fatamorgana. Biasanya setelah kita mendapatkan sesuatu yang diinginkan, lalu kita melihat hal lain yang lebih menarik maka kita pun akan mengejarnya. Dan kita rela melakukan itu dengan berbagai cara, bahkan keimanan sekali pun rela ditaruhkan. Naudzubillah.
BACA JUGA: 14 Kriteria Ulama Akhirat
Gemerlap dunia telah menyilaukan mata hati kita, hingga kita lupa pada hakikat tujuan hidup kita. Kita lupa bahwa kita hanyalah hamba Allah yang sepatutnya hanya beribadah dan beribadah karena-Nya. Beribadah di sini bukan berarti ritual seperti shalat, puasa, mengaji dan lain-lainnya, tapi, segala perbuatan, tingkah laku maupun tindakan kita harus kita niatkan hanya untuk beribadah karena Allah, demi bekal di akhirat kelak.
Ya, kita ini butuh bekal untuk masa depan yang lebih kekal nantinya. Anda tahu bekal apa yang harus kita bawa? Bekal itu berupa amal, sebagai penerang dan teman kita di alam yang kekal. Nah, berarti sudah jelas kan, kita tidak perlu bersusah payah mengejar dunia, mengumpulkan segala hal yang menjadi kepentingan dunia, dengan terus menumpuknya hingga lupa bahwa ada orang lain yang lebih membutuhkannya.
Anda tahu, Rasulullah SAW itu tidak pernah tergiur dengan gemerlap dunia. Karena apa? Beliaulah pemberi cahaya di dunia. Di dunia ini ada karena cahaya darinya. Langit ini ada karena cahayanya. Tanah ini ada karena cahayanya. Begitu pula dengan kita, manusia ada karena cahayanya.
BACA JUGA: Dunia yang Melenakan atau Akhirat yang Abadi?
Dalam diri kita terdapat cahaya dari Rasulullah SAW. Maka, mengapa kita masih terpana oleh gemerlap dunia? Kita ini sudah mempunyai penuntun kehidupan. Kita sudah dititipkan dua pusaka yang sangat berharga, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah. Tinggal bagaimana kita mengelola keduanya dengan baik. Kita pelajari keduanya, dengan begitu kita tidak akan dibutakan lagi oleh gemerlap dunia.
Selama kita masih berpegang teguh pada keduanya, insya Allah kita tidak akan tersesat dan tidak diperbudak oleh dunia. Bahkan, dunia yang akan mengejar-ngejar kita. Wallahu ‘alam. []
[Disarikan dari acara tabligh Akbar bertema “Purawakarta Bershalawat” di Pesantren Al Islam Cipaisan Purwakarta]