BISA kita saksikan saat ini bencana gempa bumi sering terjadi. Di Indonesia, gempa bumi hampir terjadi setiap tahun dan memakan banyak korban, apalagi jika gempa dibarengi dengan tsunami. Ibarat momok menakutkan bagi masyarakat. Namun tahukah Anda bahwa Gempa bumi bisa menjadi rahmat dari Allah SWT? Tapi bisa pula berupa azab kepada manusia akibat merebaknya kekejian, kemunkaran, kezaliman dan kemaksiatan.
Salah satu bentuk kerusakan ialah adanya bencana alam gempa bumi. Ini memang sesuatu yang ilmiah. Hadir bukan atas dasar keinginan manusia. Melainkan sudah menjadi kehendak Allah SWT. Namun perlu kita sadari, apa jadinya jika gempa bumi terjadi secara terus menerus?
BACA JUGA: 3 Adab Saat Terjadi Bencana Alam
Hal inilah yang akan terjadi sebelum kiamat. Gempa bumi terjadi di mana-mana. Dan berlangsung secara terus menerus.
Gempa bumi ini bisa merupakan rahmat dari Allah SWT kepada umat ini dan penghapus dosa-dosanya. Seperti dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Umatku adalah umat yang dirahmati Allah. Mereka tidak akan mendapat azab di akhirat. Allah menjadikan azab mereka di dunia, dengan peperangan, gempa bumi dan fitnah (musibah),” (HR. Ahmad dan Hakim. Imam Hakim menilai hadis ini berkualitas shahih).
Gempa bumi itu juga bisa merupakan hukuman untuk manusia akibat merebaknya kerusakan. Sehingga, gempa bumi itu menjadi azab dan hukuman bagi penduduk pada satu masa.
BACA JUGA: Apakah Ada Hubungannya antara Maksiat dengan Bencana Alam?
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat belum akan terjadi sampai ilmu diangkat dan gempa bumi banyak terjadi di mana-mana,” (HR. Bukhari).
Abdullah ibn Hawalah al-Azdi RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wahai ibnu Hawalah, apabila engkau melihat khilafah sudah memasuki tanah-tanah suci, maka gempa bumi, malapetaka, perkara-perkara besar, dan hari kiamat lebih dekat kepada manusia ketimbang tanganku ini dari kepalamu,” (HR. Abu Daud). []
Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press