“Aku mau beli susu, aku mau beli sepatu,” teriak anak tiga tahunan itu histeris.
Sang Mama heran, Mama pun bertanya dengan keras pula “Kenapa adek teriak teriak?”
“Itu, Kakak bawa susu, Kakak pakai sepatu baru yang ada lampunya, aku mau beli ummi,” tangisnya makin menjadi, seraya menunjuk anak tetangga yang sedang main di depan rumahnya.
Begitulah anak usia toddler, lihat itu lihat ini langsung mau mengikuti. Belum kuat arahan diri, perlu pijakan kuat dari orangtua. Apa yang dimiliki teman, dia pun mau. Apa yang dilakukan teman, dia pun ingin lakukan. Normal sekali, anak seusia itu wajar melakukannya.
Nah, yang menyedihkan jika yang sibuk ikut ikutan adalah manusia manusia yang katanya dewasa. Dewasa itu artinya dosa dan pahala sudah dicatat malaikat, ya.
Ada orang beli mobil baru, sibuk ikut beli. Orang heboh pakai bahasa alay, sibuk ikutan. Orang beli baju baru, sibuk ikutan. Nah, orang orang yang sibuk ikutan itu katanya dewasa loh.
Jelasnya, bertubuh dewasa, berotak toddler. Ini terjadi akibat salah pengasuhan. Umurnya bisa jadi 18 tahun, tapi perkembangan otaknya sama dengan anak tiga tahun. Cape dech, udah gak lucu lagi serba mau ini itu.
Salah satu faktor penyebabnya adalah ketika usia dininya tidak kuat pijakan orangtua agar memiliki arahan diri.
Saat anak meminta hal hal yang serba harus sama dengan temannya, orangtua segera mengabulkan. Alasannya, orangtua tak tahan dengan suara tangisan.
Sekarang, ya selamat menikmati jika di rumah punya generasi followers ciptaan sendiri. Apa pun yang sedang heboh baik di kehidupan nyata maupun di dunia maya, akan diikutinya tanpa ada kontrol diri. []