Oleh: Ustaz Budi Ashari
TERBAYANGKANKAH oleh anda saya mau menulis apa? Apa menurut anda judul ini hanya kata kiasan yang artinya adalah generasi Nabi dan sahabat yang dulu biasa memakan kurma. Atau generasi ini dianjurkan untuk memakan kurma karena nutrisi lengkap yang dikandungnya. Atau apa yang anda bayangkan.
Baiklah, kita mulai langsung dari hadits Rasulullah SAW,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ» فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara pepohonan ada satu pohon yang tidak pernah rontok daunnya dan itu seperti muslim, sampaikan padaku pohon apa itu?” Orang-orang saat itu menjawab pepohonan yang ada di lembah-lembah. Abdullah (bin Umar) berkata: Aku berkata dalam hati bahwa itu adalah pohon kurma, tapi aku malu (untuk menyampaikannya). Orang-orang itu kemudian bertanya: Sampaikan kepada kami apa itu ya Rasulullah? Nabi bersabda, “Ia adalah pohon Kurma.” (Muttafaq Alaih).
BACA JUGA: Arah Pendidikan Terbaik bagi Generasi
Dalam riwayat lain, Nabi menyebut mukmin bukan muslim, “Beritahukan kepadaku sebuah pohon yang menjadi perumpamaan bagi seorang mukmin.” (Muttafaq Alaih).
Imam Muslim mencantumkan hadits-hadits tentang kurma ini dalam bab: Perumpamaan mukmin seperti kurma. Dalam riwayat lain, Nabi menjelaskan lagi, “Dan tidak….memberikan buahnya setiap saat.”
An Nawawi menjelaskan kata (Dan tidak….) yang terlihat terpotong itu, “Bahwa kurma tidak terkena ini dan itu, perawi tidak menyebutkannya dan langsung berkata bahwa kurma memberikan buahnya setiap saat.” (Al-Minhaj)
Ibnu Hajar menjelaskan lebih detail, “Dalam Al Mushonnaf di Bab Tafsir dari jalan Nafi’ dari Ibnu Umar berkata: Kami sedang bersama Rasulullah SAW beliau bersabda: Beritahukan kepadaku sebuah pohon yang perumpamaannya seperti muslim, tidak pernah rontok daunnya, tidak…tidak…tidak….
Disebutkan kata tidak tiga kali. Dikatakan dalam tafsirnya: Tidak terputus buahnya, tidak hilang bayangannya dan tidak putus manfaatnya. Adapun dalam riwayat Muslim kata tidak disebutkan hanya sekali.” (Fathul Bari).
Hadits ini memiliki banyak pelajaran. Tetapi kita hanya ingin membahas tentang perumpamaan ini. Nabi membuat perumpamaan untuk muslim dan mukmin diibaratkan dengan kurma. Jika Al-Matsal (perumpamaan) itu dibuat oleh Nabi, apalagi kalau itu ada dalam Al-Quran, pasti merupakan perumpamaan tingkat tinggi. Bukan sekadar perumpamaan seperti yang kita buat. Di sisi lain, kita dimudahkan untuk memahami hal tersebut. Seperti dalam hadits ini. Untuk memahami bagaimana seharusnya hidup kita sebagai seorang muslim dan mukmin, tinggal melihat pohon kurma. Apa saja kelebihan pohon kurma, maka begitulah seharusnya kehidupan kita.
Muslim dan mukmin diumpamakan dengan pohon kurma bukan dengan buah kurma. Karena buah kurma hanya merupakan bagian dari pohon kurma. Maka, membahas pohon kurma berarti membahas daun, dahan, ranting, akar, mayang, buah dan segala hal yang berhubungan dengan pohon kurma berupa keteduhan di padang pasir, -mungkin- tanah tempat tumbuhnya dan sebagainya.
Di sini, saya hanya akan menukil kalimat dua ulama besar (An Nawawi dan Ibnu Hajar –rahimahumallah-), dalam menggali perumpamaan ini. Tentu para pembaca sekalian silakan terus menggali untuk mendapatkan pelajaran dari hadits ini. Dan saya amat yakin bahwa para ahli tumbuhan lebih dalam lagi pemahamannya terhadap hadits ini (saya tentu sangat menunggu ilmu manfaat ini).
An Nawawi berkata, “Para ulama berkata: beliau mengumpamakan kurma dengan muslim pada banyaknya kebaikan kurma, terusnya naungan bayangannya, enak buahnya dan keberadaannya yang terus menerus ada. Dari sejak buahnya muncul pertama terus bisa dimakan hingga mengering. Setelah kering, masih ada manfaat yang banyak dari kayu, daun dan dahannya yang bisa dijadikan tiang, kayu, tongkat, tikar, tali, bejana dan yang lainnya. Dan yang paling terakhir dari kurma adalah bijinya yang masih bermanfaat untuk makanan bagi unta.
Kemudian kurma itu indah pohonnya, bagus bentuk buahnya. Kurma semuanya bermanfaat, baik dan indah.
Begitulah orang beriman, semuanya baik karena banyaknya ketaatan, mulianya akhlak, selalu menjaga shalat, puasa, tilawah, dzikir, shadaqah, silaturahim dan semua bentuk ketaatan yang lainnya. Inilah yang benar dari kesamaan antara kurma dan muslim.
Ada yang mengatakan sisi kesamaannya adalah jika pohon kurma dipotong bagian atasnya, ia akan mati berbeda dengan jenis pohon yang lain.
Ada lagi yang mengatakan bahwa kesamaannya adalah pohon kurma tidak bisa berbuah sampai dibuahi (diserbukkan). Wallahu A’lam.”
Ibnu Hajar berkata, “Sisi persamaan antara pohon kurma dan muslim adalah tidak rontoknya daun. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Harits bin Abi Salamah dari jalur lain dari Ibnu Umar berkata: Kami sedang bersama Rasulullah SAW suatu hari dan beliau bersabda: perumpamaan mukmin seperti pohon yang tidak rontok satupun daunnya, apakah kalian tahu pohon apa itu? Mereka menjawab: tidak. Beliau berkata: pohon kurma, tidak rontok daunnya dan orang beriman tidak pernah rontok doanya.
BACA JUGA: Mewujudkan Gerakan Sadar Sehat Generasi Z
Adapun dalam Al Mushonnaf di bab makanan dari jalur A’masy berkata aku diberitahu oleh Mujahid dari Ibnu Umar berkata: ketika kami sedang bersama Nabi SAW, beliau diberi Jummar (bagian dalam pohon yang bisa dimakan) kemudian beliau berkata: di antara pohon ada yang keberkahannya seperti keberkahan muslim.”
Yang kedua ini lebih umum/luas dari yang pertama.
Keberkahan pohon kurma ada di semua bagiannya, terus menerus pada semua keadaan, dari sejak muncul buahnya hingga mengering, bisa dimakan. Kemudian setelah itu bisa dimanfaatkan semua bagiannya hingga biji untuk makanan binatang, anyaman untuk tali dan sebagainya. Demikian juga, bukan hal yang tersembunyi, keberkahan seorang muslim luas pada setiap keadaan, manfaatnya terus berlangsung untuk dirinya dan untuk orang lain hingga setelah ia meninggal.”
Dari dua penjelasan ini kita mendapat petunjuk bagaimana seharusnya kita dan generasi kita hidup di dunia ini. Belajar dari Pohon Kurma:
- Hidup kita harus berkah bagi diri kita sendiri dan orang lain. Berkah adalah manfaat. Jangan malah menjadi beban.
- Keberkahan itu bisa dirasakan pada setiap jengkal diri kita; ilmu, keluarga, harta, pemikiran, ide, kalimat dan semua lini kehidupan kita. Kesemuanya harus bermanfaat. Ya, kesemuanya.
- Keberkahan hidup kita harus terus mengalir pada setiap keadaan. Tak mengenal musim. Semua musim bagi kita adalah musim berbuat kebaikan. Masyarakat tak hanya merasakan kebaikan kita saat tertentu. Tetapi mereka bisa mengambil manfaat dari kita kapan saja, setiap saat. Tanpa kenal musim.
- Keberkahan hidup kita bahkan terus ada ketika kita telah tiada. Mari kita pikirkan, apa yang kita tinggalkan. Apakah masih bermanfaat bagi orang lain. Hal ini menjamin kita untuk berhati-hati mengukir peninggalan. Jangan tinggalkan kecuali yang bermanfaat
- Tak kan rugi kita berdoa. Mintalah apa saja. Sebesar dan sekecil apapun. Karena doanya orang beriman pasti dikabulkan Allah, walau dengan berbagai bentuk pengabulan.
- Tak hanya manfaat, tetapi juga indah dilihat. Orang beriman harus menunjukkan penampilan yang indah dalam batas syariat tentunya. Bukan hanya fisik, tapi penampilan rumah, kendaraan, jalan-jalan, sungai-sungai, kota-kota dan sebagainya. Gabungan antara indah dan manfaat. Jangan hanya indah dilihat dan didengar tapi tidak manfaat. Tapi manfaat saja belum cukup tanpa keindahan.
- Keberadaan kita menjadi tempat bernaung yang nyaman bagi siapapun yang berjalan diteriknya padang kehidupan. Setidaknya merehatkan sesaat dari kepenatan. Jangan justru menambah kepenatan masyarakat. Jangan malah menjadi sumber panas yang membakar keadaan.
[]