Oleh: Irah Wati Murni, S.Pd
BERBAGAI jenis kerusakan pada generasi muda terus menimpa umat ini. Dari mulai buruknya akhlak, sering tawuran, terlibat narkoba hingga bahkan ada yang terjerus ke lembah jurang zina pun ada. Fenomena-fenomena yang merusak generasi muda muslim ini terus bergulir menggelinding bak bola salju. Seolah-olah tak ada penyelesaian yang tuntas, satu demi satu kasus-kasus bermunculan ke permukaan dari tahun ke tahun tak ada perubahan.
Apakah masih ingat dengan kasus kehamilan seorang anak SMP dengan anak SD yang sempat menggegerkan masyarakat Indonesia di Bulan Mei lalu? Ini adalah salah satu contoh kasus kerusakan generasi muda yang paling menggegerkan masyarakat Indonesia.
“Seorang siswa SD dan siswi SMP menggegerkan warga Tulungagung, Jawa Timur. Pasalnya, sang siswi hamil enam bulan akibat asmara terlarang dengan si bocah SD itu. Dari informasi yang dihimpun, kedua pelajar itu berkenalan saat di Pantai Gemah pada Februari 2017. Bocah SD sebut saja Putra dan siswi SMP sebut saja Putri. Keduanya saling bertukar nomor telepon, menjalin hubungan serius hingga menjurus pada layaknya hubungan suami istri [di rumah Putra].” (Liputan6. Com, Rabu 23 Mei 2018)
Uniknya, kejadian itu tidak membuat orangtua Putra itu merasa bersalah. Dengan enteng ayah Putra itu mengatakan, bocah perempuan itu menjadi bahan percobaan anaknya. “Bapaknya bilang, biar jadi bahan percobaan burung anaknya yang baru sunat,” ujar YANG, salah satu tetangga.” (grid. Id, Rabu 23 Mei 2018).
Kasus kerusakan generasi muda di atas itu baru satu kasus yang kita tahu, entah masih ada banyak kasus lainnya yang mungkin tidak kita tahu.
Sikap generasi muda saat ini tentu berbeda dengan generasi muda zaman Rasulullah Saw. Di zaman itulah, lahir generasi sahabat yang luar biasa. Meski mereka masih muda, namun keimanan mereka sudah tertempa bahkan mereka rela berkorban untuk agama Allah dan RasulNya. Hidup mereka selalu dalam keberkahan dan keridhoan Allah SWT. Tidak hanya itu, hidup mereka juga dipersembahkan untuk Islam.
Lihatlah bagaimana sosok Ali ibnu Abi Thalib. Ia dikenal sebagai sosok pemuda pemberani yang menggantikan Rasulullah tidur di tempat tidur beliau saat hendak dibunuh kafir Quraisy.
Lihatlah bagaimana sosok Bilal bin Rabbah. Ia sosok pemuda pejuang yang tetap istiqamah walau disiksa, dicambuk, dijemur di bawah matahari yang terik, dihimpit batu besar bahkan tidak melunturkan aqidahnya dan senantiasa mengucapkan “Ahadun—Ahad” (Hanya Allah yang satu) saat ia disiksa orang-orang kafir quraisy.
Lihatlah bagaimana sosok Usamah bin Zaid yang menjadi pemimpin perang saat berusia18 tahun, Zubair bin Awwam yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah saat usia 15 tahun, Zaid bin Tsabit yang menjadi Penulis wahyu Rasulullah saat berusia 13 tahun, dan masih banyak pemuda islam luar biasa lainnya.
Jika kita bandingkan kualitas generasi muda zaman Rasulullah Saw., dengan zaman now tentu sangat berbeda, baik dari sisi keimanan pada Allah dan RasulNya maupun dari akhlak serta kematangan berpikir dan bertindak dalam hidupnya. Mereka adalah para generasi terbaik yang lahir dari pendidik terbaik sehingga mampu mewujudkan peradaban islam terbaik hingga mampu memimpin 2/3 dunia.
Tentu hal ini menjadi tugas bersama untuk turut mengentaskan segala kerusakan generasi muda saat ini. Semua elemen dari keluarga, masyarakat terlebih Negara turut berperan besar dalam mencetak generasi muda yang berkualitas ini.
Dari lingkungan keluarga, orangtua harus sadar tentang kewajiban mereka mendidik anak-anaknya bukan malah melalaikannya. Hal itu dimulai sejak kedua orangtua menikah. Ia harus membangun keluarga sesuai dengan syariatNya. Setelah orangtua memiliki anak, maka hal pertama yang dilakukan ialah menanamkan pondasi akidah keimanan yang kokoh pada anak-anaknya sejak dini.
Selain itu, mengajarkan mereka tentang adab dan al qur’an sedari masih kecil dengan cara hikmah. Tak hanya mengajarkan anaknya, orangtua juga harus menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. Sehingga, apabila ada godaan kemaksiatan dari luar ia akan berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi)
Dari lingkungan masyarakat, maka mereka harus membantu menciptakan lingkungan agamis nan positif kepada generasi muda. Aktivitas amar ma’ruf nahi munkar senantiasa tumbuh di lingkungan masyarakat, mereka selalu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran kepada setiap generasi muda meski ia bukan anggota keluarganya. Sebab, masyarakat dalam islam ialah sekumpulan orang yang memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama.
Dari Negara, mereka memiliki tugas besar yang mulia. Mereka harus mendidik seluruh rakyatnya agar menjadi insan yang mulia, dengan menerapkan aturan-aturan islam untuk membuat rakyatnya menjauhi segala kemaksiatan dan taat pada segala perintah Allah dan RasulNya. Maka, situasi yang islami nan kondusif pun akan tercipta.
Rasulullah Saw., bersabda: ”Setiap pemimpin yang menangani urusan kaum muslimin, tetapi tidak berusaha semaksimal mungkin untuk mengurusi mereka dan memberikan arahan kepada mereka, maka dia tidak akan bisa masuk surga bersama kaum muslimin itu.” (HR. Muslim)
Kemuliaan generasi muda muslim bisa tercipta jika ketiga elemen di atas mampu mendidik generasi muda sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya. Bagaimana caranya? Tentu kita harus kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Sehingga untuk mencetak sosok pemuda luar biasa seperti Ali, Bilal, Zubai, Zaid dan para sahabat nabi lainnya di zaman now ini suatu keniscayaan yang bisa terealisasikan jika kita bersama mau mewujudkannya.
Sebab, generasi terbaik itu lahir dari pendidik terbaik yang dididik untuk mempersiapkan peradaban terbaik di masa mendatang. Waallahu’alam. []