Oleh: Kanti rahmillah, M.Si
Pengamat Problematika Umat Islam
kanti.rahmillah@gmail.com
Genosida terhadap etnis Muslim Rohingya seperti tak berkesudahan. Pengusiran, pemerkosaan, pembakaran etnis Rohingya oleh Milisi Budha Rakhine dan Militer Pemerintahan Myanmar menjadi tontonan liar umat dunia. Foto-foto dan video-video yang beredar di medsos, -walau terselip gambar hoax namun sebagian besar benar adanya, menyodorkan gambaran betapa sadisnya pembantaian terhadap Muslim Rohingya. PBB menggambarkan Rohingya sebagai kaum yang paling teraniaya di dunia.
Seperti yang diceritakan para pengungsi yang lolos dari amukan militer Myanmar di Bangladesh, mereka bercerita bagaimana penganiyayaan yang mereka terima begitu biadab. Kaum lelaki dikumpulkan dengan mata tertutup untuk dibantai secara masal didepan anggota keluarga mereka, kaum perempuan dan anak-anak perempuan menjadi sasaran pemerkosaan bergilir, anak-anak kecil bahkan bayi yang baru lahir diinjak, dipenggal, atau dilempar ke danau. (Koran Arroyah- Bangladesh)
Terungkap dari satelit google bahwa lebih dari 2600 rumah telah dibakar. Pada tanggal 25 Agustus 2017, hanya dalam 3 hari saja, 3000 Muslim Rohingya dibantai oleh pasukan keamanan Myanmar dengan dalih mencari kelompok teroris Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) yang menyerang pos-pos militer Myanmar, militer Myanmar membabat habis semua etnis Rohingya termasuk perempuan dan anak-anak. (kantor berita Turki Anadolu Agency)
Yang lebih menyayat hati adalah sikap pemimpin Muslim terhadap pengungsi Rohingya yang meminta suaka. Perdana menteri Bangladesh Hasina Wajed memerintahkan pasukan keamanan perbatasannya untuk mendorong pengungsi kembali ke Myanmar, atau membuang mereka ke teluk Benggala. Sudah ada sekitar 38.000 pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh dan 20.000 pengungsi yang masih terdampar di pulau tak berpenghuni tanpa bantuan makanan dan atap.
Bahkan 28 Agustus 2017, Kemenlu Bangladesh mengirimkan proposal resmi ke kedutaan Besar Myanmar di Dhaka untuk menyampaikan ketertarikan Bangladesh dalam membantu tentara Myanmar untuk membantai saudara saudara kita disana (Koran Arroya- Bangladesh). Sungguh penghianatan yang amat kejam.
Sejarah Rohingya
Krisis Rohingya sudah lama terjadi, pengusiran dan pembantaian nya sudah ‘dicicil’ dari awal mula keberadaan Kerajaan Budha dan Kolonial Inggris .
Rohingya adalah etnis yang lebih mirip dengan Bangladesh, daripada etnis Pemerintahannya, Indocina. Karena memang pada masa penjajahan Inggris, banyak warga Bangladesh yang migrasi ke Arakan, sehingga terjadilah asimilasi. Begitupun agamanya, Myanmar adalah negara mayoritas beragama Budha, berbeda dengan Rohingya yang Muslim. Bahkan Rohingya kerap disebut bukan asli warga Burma.
Padahal jika kita lihat sejarahnya, Arakan yang saat ini bernama Rakhine, yang merupakan wilayah mayoritas Muslim Rohingya. Sudah ada sebelum negara Birma lahir (1948). Pada masa kekhilafahan Harun Arrasyid, Daulah Khilafah Islamiyah yang merupakan negara adidaya pada saat itu,memasuki birma (877 M).
Kepemimpinan Islam di Arakan/Rakhine berakhir pada tahun 1784, saat kerajaan Budha dan Kolonialis Inggris menjajah Burma. Disitulah darah kaum Muslim pertama tumpah, kaum Budha berkoalisi menyerang dan menduduki Arakan, serta membunuhi kaum Muslim karena fanatisme agamanya.
Dibawah kekuasaan Junta Militer, melalui UU tahun 1982, Operasi penghapusan kebangsaan kaum Muslim Rohingya resmi disahkan, karena dianggap bukan warga negara Birma.
Krisis Rohingya adalah Krisis Agama
Masifnya pembelaan kaum Muslim seluruh dunia, sungguh menggetarkan siapapun yang melihatnya. Bantuan donasi, obat-obatan, relawan, begitu besar dari individu Muslim, terlebih negeri Muslim. Aksi peduli Rohingya pun dimana-mana, bahkan pengajuan pencopotan peraih nobel perdamaian Aung San Suu Kyi yang bergeming melihat kedzoliman pemerintahannya menjadi viral. Hal ini membuktikan bahwa perasaan kaum Muslim sama, membela dan peduli pada Rohingya dan melaknat perbuatan perwira Budha dan militer Myanmar.
Melihat geliat Ukhuwah Islamiayah yang besar, akhirnya ada berbagai pihak yang mencoba mengalihkan opini dan bernarasi bahwa konflik Rohingya bukanlah isu agama, ini hanyalah sekedar isu etnis, atau isu ekonomi atau isu kemanusiaan. Mereka menganggap, jika isu Rohingya adalah isu agama dikhawatirkan akan menjadi sumber konflik Islam Budha di Indonesia.
Dalam kacamata Islam, makna toleransi kepada sesama manusia adalah menghormati keyakinannya, karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin, agama pembawa rahmat bagi selruh dunia, tak terkecuali nonMuslim. Hal ini dicontohkan oleh Rosulullah SAW, beliau berjual beli dengan non Muslim, mengunjungi tetangga yang sedang sakit, walaupun tetangganya adalah kafir.
Contoh lain, toleransi pada masa Utsmani yang diakui kebenarannya oleh seorang orientalis Inggris, TW Arnold dalam bukunya, “The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, 1896, hlm. 134” menyatakan bahwa “Perlakuan terhadap warga kristen oleh pemerintahan Khilafah Turki Utsmani –selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani- telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa”.
Jadi jika ada yang mengatakan krisis Rohingya bukan krisis agama, itu tidaklah sesuai fakta. Pertama karena sudah nyata korbannya adalah Muslim. Fakta pembantaian Milisi Budha Rakhine dan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya sudah tidak bisa dielakkan.
Kedua, jika kita lihat narasi Milisi Budha yang membantai Muslim Rohingya, mereka berulang kali mengatakan Muslim harus dimusnahkan dari bumi Myanmar. Meraka khawatir, Islam akan menyaingi mereka seperti halnya yang terjadi di Indonesia, yang kini negaranya mayoritas Muslim. Mereka mengatakan, sebelum tubuh Muslim di Myanmar semakin besar, mereka (Muslim) harus di musnahkan.
Maka setiap usaha yang menistakan agama, wajib hukumnya bagi Muslim untuk membela. Krisis Rohingya yang menyebabkan kaum Muslim terusir dari rumahnya bahkan mati dibunuh karena agamanya, telah diterangkan dalam hadist Rasul
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Musnahnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbutuhnya seorang Muslim.” (HR. Muslim, An Nasa’i dan At Tirmidzi. Shahih At Targhib wa At Tarhib no.2439, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalam hadist, dikatakan satu orang Muslim lebih berharga dari dunia dan isinya, sedangkan darah kaum Muslim di Myanmar sudah beribu ribu. Pensitaan agama yang dilakukan Milisi Budha rakhine adalah perilaku binatang yang harus kita tentang. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.